MAKALAH
MATERNAL dan NEONATAL
Dosen : Brivian Florentis Y. SST. MKes
DISUSUN OLEH :
IZZATIN NIMAH
201304023
PDODI DIV
KEBIDANAN
TAHUN
2015/2016
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayahnya kepada penulis.
Dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini dibuat dan disesuaikan dengan kurikulum D-IV Kebidanan yang ada di silabus Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal Semester V, sehingga diharapkan dapat meningkatkan minat baca mahasiswa serta dapat
memotivasi untuk mempelajari makalah ini lebih lanjut.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar
mata kuliah Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal serta kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah. Penulis
mengharapkan kritik dan saran pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat, serta menambah wawasan pengetahuan bagi para pembaca.
Kediri, September 2015
Penulis
|
DAFTAR ISI
Halaman Depan ...................................................................................................... i
Kata Pengantar ....................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 1
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Perdarahan Antepertum ......................................................... 3
2.2 Definisi Ruptur Sinus Marginalis ........................................................ 3
2.3 Diagnosis .............................................................................................. 8
2.4 Manifestasi Klinik................................................................................. 9
2.5 Penatalaksanaan Ruptur Sinus Marginalis............................................ 10
2.6 Komplikasi .......................................................................................... 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 14
3.2 Saran ................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai suatu kelainan yang berbahaya. Pendarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau
abortus, sedangkan pada kehamilan tua disebut perdaraha
antepartum. Perdarahan antepartum biasanya dibatasi pada perdarahan jalan-lahir
setelah kehamilan 28 minggu. Perdarahan setelah
kehamilan 28 minggu, biasanya lebih
banyak dan lebih berbahaya daripada sebelum kehamilan 28 minggu; oleh karena itu, memerlukan penanganan yang berbeda.
Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan
plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta
umumnya kelainan servik, biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada perdarahan
antepartum pertama-tama harus selalu dipikir bahwa hal itu bersumber pada
kelainan plasenta. (Wiknjosastro, 1999).
Perdarahan antepartum dapat disebabkan oleh plasenta previa, solusio
plasenta, ruptura sinus marginalis, atau vasa previa. Diagnosa secara tepat
sangat membantu menyelamatkan nyawa ibu dan janin. Ultrasonografi merupakan
motede pertama sebagai pemeriksaan penunjang dalam penegakkan plasenta previa maupun solution placenta serta
rupture sinus marginalis.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1.
Apa pengertian dari Perdarahan Anterpartum ?
2.
Apa yang dimaksud dengan Ruptur Sinus Marginalis ?
3.
Apa penyebab terjadinya Ruptur Sinus Marginalis ?
4.
Bagaimana pentalaksanaan Ruptur Sinus Marginalis ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah
ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian Perdarahan Anterpartum.
2.
Untuk mengetahui pengertian
dari Ruptur Sinus Marginalis.
3.
Untuk mengetahui penyebab
terjadinya Ruptur Sinus Marginalis.
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan Ruptur Sinus Marginalis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pendarahan Antepartum
2.1.1
Pengertian Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada triwulan terakhir dari kehamilan. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua adalah kehamilan 28 minggu tanpa melihat berat
janin, mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus. Perdarahan setelah kehamilan 28 minggu biasanya lebih
banyak dan lebih berbahaya daripada sebelum kehamilan 28 minggu, oleh karena itu
memerlukan penanganan yang berbeda.
Pada setiap perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikirkan
bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta, karena perdarahan antepartum
yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan kelainan
serviks tidak seberapa berbahaya.
Komplikasi yang terjadi pada kehamilan trimester 3 dalam hal ini
perdarahan antepartum, masih merupakan penyebab kematian ibu yang utama. Oleh
karena itu, sangat penting bagi bidan mengenali tanda dan
komplikasi yang terjadi pada penderita agar dapat memberikan asuhan kebidanan secara baik dan benar,
sehingga angka kematian ibu yang disebabkan perdarahan dapat menurun.
BACA LAGI !!!
2.2 Ruptur Sinus Marginalis
2.2.1
Definisi
Ruptur Sinus Marginalis
Ruptur sinus marginalis adalah lepasnya sedikit bagian dari pinggiran plasenta yang merupakan bagian dari solusio plasenta.
Ada 3 macam bentuk solusio berdasarkan jumlah plasenta yang terlepas. Bila
plasenta terlepas seluruhnya disebut solusio plasenta totalis. Bila sebagian
disebut solusio plasenta parsialis. Dan, bila
hanya sebagian kecil pinggir plasenta disebut rupture sinus marginalis.
Ruptur sinus marginalis adalah terlepasnya sebagian kecil plasenta dari
tempat implantasinya di dalam uterus sebelum bayi dilahirkan. Berdasarkan tanda
dan gejalanya Ruptur Sinus Marginalis ini merupakan salah satu klasifikasi
dari solusio plasenta yaitu solusio plasenta kelas 1- ringan.
Solusio plasenta ringan ini disebut juga rupture sinus marginalis, Ruptur
Tanda dan gejalanya belum pasti diketahui secara pasti, perdarahan pada inversi
velamentosa ini terlihat jika telah terjadi vasa previa yaitu perdarahan segera
setelah ketuban pecah dan karena perdarahan ini berasal dari anak dengan cepat
bunyi jantung anak menjadi buruk bisa juga menyebabkan bayi tersebut meninggal.
Ruptur Sinus Marginalis merupakan bagian dari solutio placenta ringan yang
jarang didiagnosis, mungkin karena penderita selalu terlambat datang ke rumah
sakit,atau tanda-tanda dan gejalanya terlampau ringan sehingga tidak menarik
perhatian penderita maupun dokternya.
Apabila terjadi perdarahan pervaginam, warananya akan kehitam- hitaman dan
sedikit sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya
terus menerus. Walaupun demikian, bagian – bagian janin masih mudah diraba.
Tekanan darah tinggi, serta tidak ada gawat janin. Uterus yang agak tegang ini
harus selalu diawasi, karena dapat saja menjadi semakin tegang karena
perdarahan yang berlangsung. Salah satu tanda yang menimbulkan kecurigaan
adanya solusio plasenta ringan ini adalah perdarahan pervaginam yang berwarna
kehitam – hitaman. (sarwono,2005)
Ruptura sinus marginalis, bila hanya sebagian kecil pinggir plasenta yang
terlepas. Solusio plasenta ringan atau rupture sinus marginalis adalah
terlepasnya plasenta kurang dari ¼ luasnya, tidak memberikan gejala klinik dan
ditemukan setelah persalinan, keadaan umum ibu dan janin tidakmengalami
gangguan, persalinan berjalan dengan lancar pervaginam.(manuaba,1998)
Pecahnya sinus marginalis merupakan perdarahan yang sebagian besar baru
diketahui setelah persalinan. Pada waktu persalinan, perdarahan terjadi tanpa
sakit dan menjelang
pembukaan lengkap perlu dipikirkan kemungkinan perdarahan karena sinus
marginalis yang pecah. Karena pembukaan mendekati lengkap, maka bahaya untuk
ibu maupun janinnya tidak terlalu besar.
2.2.2
Tanda dan
Gejala
Tanda atau gejala dari Solusio
plasenta Kelas 1 – ringan (Ruptura sinus marginalis) adalah :
1. Tidak ada atau sedikit perdarahan
dari vagina yang warnanya kehitam-hitaman, kalau ada perdarahan jumlahnya
antara 100-200 cc.
2. Rahim yang sedikit nyeri atau
terus menerus agak tegang
3. Tekanan darah dan frekuensi nadi
ibu yang normal
4. Tidak ada koagulopati
5. Tidak ada gawat janin
6. Pelepasan plasenta kurang 1/6
bagian permukaan
7. Kadar fibrinogen plasma lebih 150
mg%.
2.2.3
Faktor
Risiko
Belum
ada yang berhasil menemukan penyebab pasti rupture sinus marginalis. Penyebab
primer dari rupture sinus marginalis hamper sama dengan penyebab dari
terjadinya solusio plasenta. Ada beberapa faktor yang menjadi predisposisi :
a. Faktor Kardio-reno-vaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial,
sindroma preeklamsia dan eklamsia. Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa
terdapat hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari
wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik, sisanya
hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan. Dapat terlihat solusio plasenta
cenderung berhubungan dengan adanya hipertensi pada ibu.
b. Faktor Trauma
Trauma yang
dapat terjadi antara lain :
Ø Dekompresi
uterus pada hidroamnion dan gemeli.
Ø Tarikan
pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi
luar atau tindakan pertolongan persalinan.
Ø Trauma
langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
c. Faktor Paritas Ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada
primipara. Holmer mencatat bahwa dari 83 kasus solusio plasenta yang diteliti
dijumpai 45 kasus terjadi pada wanita multipara dan 18 pada primipara.
Pengalaman di RSUPNCM menunjukkan peningkatan kejadian solusio plasenta pada
ibu-ibu dengan paritas tinggi. Hal ini dapat diterangkan karena makin tinggi
paritas ibu makin kurang baik keadaan endometrium.
d. Faktor usia
ibu
Dalam penelitian Prawirohardjo di RSUPNCM dilaporkan
bahwa terjadinya peningkatan kejadian solusio plasenta sejalan dengan
meningkatnya umur ibu. Hal ini dapat diterangkan karena makin tua umur ibu,
makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.
e. Leiomioma
uteri (uterine leiomyoma)
Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang
hamil dapat menyebabkan solusio plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas
bagian yang mengandung leiomioma.
f. Faktor
pengunaan kokain
Penggunaan
kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan pelepasan
katekolamin, yang mana bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme
pembuluh darah uterus dan dapat berakibat terlepasnya plasenta. Namun,
hipotesis ini belum terbukti secara definitif. Angka kejadian solusio plasenta
pada ibu-ibu penggunan kokain dilaporkan berkisar antara 13-35%.
g. Faktor
kebiasaan merokok
Ibu
yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta sampai
dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok
plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada
mikrosirkulasinya. Deering dalam penelitiannya melaporkan bahwa resiko
terjadinya solusio plasenta meningkat 40% untuk setiap tahun ibu merokok sampai
terjadinya kehamilan.
h. Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal yang
sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio plasenta
adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil
lainnya yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta sebelumnya.
i.
Pengaruh lain
Pengaruh lain, seperti anemia,
malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava inferior dikarenakan
pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan, dan lain-lain.
Meskipun penyebabnya sampai kini belum diketahui dengan pasti, tetapi lebih
kepada peletakan plasenta dan usia kehamilan yang semakin tua terjadi pada
pertengahan segmen bawah rahim, dia akan sobek pembuluh darah pinggirnya juga
akan ikut pecah sehingga terjadi ruptur, plasenta yang letaknya normal sekalipun
akan meluaskan permukaannya. Sehingga mendekati atau menutup sama
2.3 Diagnosis
Dari hasil anamnesa terdapat perdarahan pervaginam, warnanya kehitam –
hitaman dan sedikit sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang
yang sifatnya terus menerus. Walaupun demikian, bagian – bagian janin
masih mudah diraba pada pemeriksaan dalam terdapat pembukaan dan ketuban
tegang dan menonjol.
Pada waktu persalinan, perdarahan terjadi tanpa sakit dan menjelang
pembukaan lengkap perlu dipikirkan kemungkinan perdarahan karna sinus
marginalis yang pecah. Karena pembukaan mendekati lengkap, maka bahaya untuk
ibu maupun janinnya tidak terlalu besar. Pemeriksaan penunjang,dengan
ultrasonografi, dijumpai perdarahan antara plasenta dan dinding rahim.
Prosedur pemeriksaan untuk dapat menegakkan diagnosis ruptura sinus
marginalis antara lain :
·
Anamnesis :
Solusio plasenta ringan atau disebut juga dengan ruptura sinus marginalis, dimana
terdapat pelepasan sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak. Apabila
terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan sedikit sakit.
Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang
yang sifatnya terus menerus. pergerakan anak masih terasa dan bisa diraba; kepala
terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang – kunang. Ibu terlihat
anemis yang tidak sesuai denga jumlah darah yang keluar pervaginam; kadang ibu
dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.
·
Pemeriksaan fisik :
Keadaan
umum dapat baik, uterus tegang terus menerus, nyeri tekan pada uterus, denyut
jantung janin normal, bagian-bagian janin
masih mudah diraba. Uterus yang agak tegang ini harus
selalu diawasi, karena dapat saja menjadi semakin tegang karena perdarahan yang
berlangsung. Salah satu tanda yang menimbulkan kecurigaan adanya solusio
plasenta ringan ini adalah perdarahan pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman, tekanan darah dan frekuensi
nadi ibu yang normal, tidak ada koagulopati, dan tidak ada gawat janin.
·
Pemeriksaan Penunjang :
a) Pemeriksaan laboratorium darah :
Hemoglobin, hematokrit, trombosit, dan elektrolit plasma.
b) Cardiotokografi untuk menilai
kesejahteraan janin.
c) USG untuk menilai letak plasenta,
usia gestasi dan keadaan janin.
d) Pada pemeriksaan USG yang dapat
ditemukan antara lain :
-
Terlihat daerah terlepasnya plasenta
-
Janin dan kandung kemih ibu
-
Darah
-
Tepian plasenta
-
Penatalaksanaan
2.4 Manifestasi Klinik
Ruptura sinus marginalis sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu maupun
janinnya.apabila terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam- hitaman
dan jumlahnya sedikit sekali. Perut mungkin akan terasa agak sakit atau terus-
menerus agak tegang. Uterus yang agak tegang ini harus diawasi terus menerus
apakah akan menjadi lebih tegang karena perdarahan terus menerus.
Bagian-bagian janin masih mudah teraba. Salah satu tanda yang menimbulkan
kecurigaan adanaya solusio plasenta ringan ini adalah perdarah pervaginam dan
berwarna kehitam-hitaman, yang berbeda dengan perdarahan pada plasenta previa
yang berwarna merah segar. Apabila dicurigai keadaan demikian, dilakukan
pemeriksaan USG.
2.5 Penatalaksanaan Ruptur Sinus Marginalis
·
Penatalaksanaan Ruptur Sinus
Marginalis di Rumah Sakit dapat dilakukan dengan cara Terapi Ekspektatif (
konservatif ). Terapi Ekspektatif ini dilakukan bila usia kehamilan
kurang dari 36 minggu dan bila ada perbaikan (perdarahan berhenti, perut tidak
sakit, uterus tidak tegang, janin hidup) dengan tirah baring dan observasi
ketat, kemudian tunggu persalinan spontan.
Tujuan supaya janin tidak
terlahir premature, penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui
kanalis servisis. Syarat-syarat terapi ekspektif :
-
Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang
kemudian berhenti.
-
Belum ada tanda-tanda in partu.
-
Keadaan umum ibu cukup baik.
-
Janin masih hidup.
-
Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotik
profilaksis.
-
Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi
plasenta.\
·
Berikan tokolitik bila ada kontraksi :
-
MgS04 9 IV dosis awal tunggal dilanjutkan 4 gram
setiap 6 jam.
-
Nifedipin 3 x 20 mg perhari.
-
Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin.
·
Uji pematangan paru janin
dengan tes kocok dari hasil amniosentesis.
·
Bila setelah usia kehamilan
diatas 34 minggu, plasenta masih berada disekitar ostium uteri interim.
Catatan : Bila
perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, pasien dapat
dipulangkan untuk rawat jalan.
Apabila usia kehamilan sudah cukup matang dan pasien menginginkan dan mampu
untuk melakukan persalinan pervaginam dan tidak ada tanda-tanda bahaya maka
segera lakukan persalinan spontan ( pervaginam ). Apabila direncanakan
persalinan spontan maka :
·
Pantau perdarahan
pervaginam
·
Observasi nyeri / HIS dan ketegangan rahim
·
Observasi tanda-tanda vital
·
Pantau tanda-tanda koagulopati
·
Pantau tanda-tanda kegawatdaruratan janin.
·
Jangan lupa untuk mengatasi kecemasan pasien dengan
cara melibatkan dan memberikan dukungan psikologis.
Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala solusio plasenta
makin jelas, pada pemantauan dengan USG daerah solusio plasenta bertambah
luas), maka kehamilan harus segera diakhiri. Bila janin hidup, lakukan seksio
sesaria, bila janin mati lakukan amniotomi disusul infus oksitosin untuk
mempercepat persalinan.
Seksio sesaria biasanya dilakukan
pada keadaan:
·
Anak hidup, pembukaan kecil.
·
Terjadi toksemia berat, perdarahan agak banyak, tetapi
pembukaan masih kecil.
·
Panggul sempit atau letak lintang.
Perut tegang sedikit, berarti perdarahannya tidak terlalu banyak, keadaan
janin masih baik dan dapat dilakukan penanganan secara konservatif dengan
observasi ketat, perdarahan berlangsung terus menerus ketegangan makin
meningkat, dengan janin yang masih baik harus segera dilakukan seksio sesaria,
perdarahan yang berhenti dan keadaan baik pada kehamilan prematur dilakukan
rawat inap (manuaba,1998)
2.6 Komplikasi
Komplikasi pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang
terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta ringan (ruptur sinus
marginal) ini berlangsung.
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu :
Ø Syock perdarahan
Perdarahan antepartum dan intra partum pada ruptura sinusmarginalis hampir
tidak dapat dicegah,kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila
persalinan ntelah diselesaikan, penderita belum bebas dari perdarahan post
partum karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk menghentikan perdarahan
pada kala III persalinan dan adanya kelainan pada pembekuan darah.
Titik akhir dari hipotensi yang persisten adalah asfiksia,karena itu
pengobatan segera ialah pemulihan defisit volume intra vaskuler secepat mungkin.
Tekanan darah tidak merupakan petunjuk banyaknya perdarahan, karena vasospasme
akibat perdarahan akan meninggikan tekanan darah.
Pemberian terapi cairan bertujuan mengembalikan stabilitas hemodinamik dan
mengkoreksi keadaan koagulapathi. Untuk tujuan ini pemberian darah segar adalah
pilihan yang terbaik, karena pemberian darah segar selain dapat memberikan sel
darah merah juga dilengkapi oleh platelet dan faktor pembekuan.
Ø Gagal Ginjal
Gagal ginjal pada dasarnya disebabkan keadaan hipovelamia karena perdarahan
yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang
umumnya masih dapat ditolong dengan penanganan yang baik. Perfusi ginjal akan
terganggu karena syok dan pembekuan intravaskular. Oliguri dan proteinuri akan
terjadi akinbat nekrosis tubuli atau nekrosis korteks ginjal mendadak.
Pencegahan gagal ginjal meliputi penggantian darah yang hilang secukupnya,
pemberantasan infeksi, atasi hipovolemia, secepat mungkin menyelesaikan
persalinan dan mengatasi kelainan pembekuan darah.
Ø Kelainan pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemia. Dari
penelitian yang dilakukan oleh wirjohadiwardojo di RSUPNCM dilaporkan kelainan
pembekuan darah terjadi pada 46% dari 134 kasus solusio plasenta yang
ditelitinya yang didalamnya termasuk kasus solusio plasenta ringan (ruptur
sinus marginalis).
Kadar fibrinogen plasma normal pada wanita hamil cukup bulan ialah 400mg%,
berkisar antara 300-700mg%. Apabila kadar fibrinogen plasma kurang dari 100mg%
maka akan terjadi gangguan pembekuan darah.
Ø Mekanisme gangguan pembekuan darah terjadi melalui dua
fase :
a) Fase I
Pada pembuluh darah terminal (arteriole kapiler, venule) terjadi pembekuan
darah, disebut disseminated intravasculer clotting. Akibatnya ialah peredaran
darah kapiler (mikrosirkulasi) terganggu. Jadi pada fase I, turunnya kadar
fibrinogen disebabkan karena pemakaian zat tersebut maka fase I disebut juga
coagulopathi consumptive.
Diduga bahwa hematome subkhorionic mengeluarkan trombo plastin yang
menyebabkan pembekuan intravaskuler tersebut. Akibat gangguan mikrosirkulasi
dapat mengakibatkan syock, kerusakan jaringan pada alat-alat yang penting
karena hipoksia dan kerusakan ginjal yang dapat menyebabkan oliguria/ anuria.
b) Fase II :
Fase ini sebetulnya fase regulasi reparatif, yaitu usaha tubuh untuk
membuka kembali peredaran darah kapiloer yang tersumbat. Usaha ini dilaksanakan
dengan fibrinolisis . fibrinolisis yang berlebihan malah berakibat lebih
menurunkan lagi kadar fibrinogen sehingga terjadi perdarahan patologis.
Kecurigaan akan adanya kelainan pembekuan darah harus dibuktikan dengan
pemeriksaan laboratorium, namun di klinik pengamatan pembekuan darah merupakan
cara pemeriksaan yang terbaik karena pemeriksaan laboratorium lainnya
memerlukan waktu terlalu lama, sehingga hasilnya tidak mencerminkan keadaan penderita
saat itu.
Komplikasi yang dapat terjadi
pada janin :
a. Fetal distress,
b. Gangguan pertumbuhan / perkembangan,
c. Hipoksia,
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah :
Ruptur sinus marginalis atau terlepasnya sebagian
kecil plasenta yang tidak berdarah banyak, sama sekali tidak mempengaruhi
keadaan ibu ataupun janinnya. Apabila terjadi perdarahan pervaginam, warnanya
akan kehitam-hitaman dan sedikit sekali. Perut mungkin terasa agak sakit, atau
terus menerus agak tegang. Walaupun demikian bagian-bagian janin masih muda
teraba.
Uterus yang agak tegang ini harus diawasi terus menerus apakah akan menjadi
lebih tegang lagi karena perdarahan yang berlangsung terus. Salah satu tanda
yang menimbulkan kecurigaan akan kemungkinan solusio plasenta ringan ialah
perdarahan pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman, yang berbeda dengan
perdarahan plasenta previa yang berwarna merah segar. Apabila dicurigai keadaan
demikian, sebaiknya dilakukan pemeriksaan ultrasonografi.
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu Kami sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari seluruh pihak
demi sempurnanya makalah ini dan sebagai perbaikan dalam pembuatan
makalah-makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Sumarah, dkk . 2009. Perawatan Ibu Bersalin. Yogyakarta :
Fitramaya
Sulistyawati, Ari , dkk. 2013. Asuhan
Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta : Salemba Medika
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu
Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Rukiyah,Yulianti. Asuhan
Kebidanan 4 Patologi Kebidanan. Jakarta : CV. Trans Info Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar