INFEKSI
PADA NEONATUS
OLEH
IZZATIN NIMAH (201304023)
PRODI DIV BIDAN PENDIDIK
STIKES
KARYA HUSADA KEDIRI
TAHUN
AJARAN 2014-2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan
kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas ini dapat diselesaikan.
Tugas ini disusun untuk diajukan
sebagai tugas mata kuliah Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita dengan
judul “Masalah infeksi pada
Neonarus dan Bayi” di Stikes Karya Husada Kediri Terima kasih
disampaikan kepada Bapak/Ibu dosen pengampu mata kuliah Asuhan Neonatus, Bayi
dan Balita yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi lancarnya tugas
ini.
Demikianlah tugas ini disusun
semoga bermanfaat, agar dapat memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Neonatus, Bayi
dan Balita.
Kediri 13 Desember 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR
BELAKANG
Berdasarkan
perkiraan World Health Organitation (WHO) hampir semua (98%) dari lima juta
kematian neonatal terjadi di negara berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian
itu terjadi pada periode neonatal dini dan 42% kematian neonatal disebabkan
infeksi seperti: infeksi, tetanus neonatorum, meningitis, pneumonia, dan diare.
(Imral chair, 2007).
Laporan WHO tahun 2005 angka kematian bayi baru
lahir di Indonesia adalah 20 per 1000 kelahiran hidup. Jika angka kelahiran
hidup di Indonesia sekitar 5 juta per tahun dan angka kematian bayi 20 per 1000
kelahiran hidup, berarti sama halnya dengan setiap hari 246 bayi meninggal,
setiap satu jam 10 bayi Indonesia meninggal, jadi setiap enam menit satu bayi
Indonesia meninggal. (Roesli Utami, 2008) Menurut DEPKES RI angka kematian
infeksi neonatorum cukup tinggi 13-50% dari angka kematian bayi baru lahir.
Masalah yang sering timbul sebagai komplikasi infeksi neonatorum adalah
meningitis, kejang, hipotermi, hiperbilirubinemia, gangguan nafas, dan
minum.(Depkes, 2007).
Di negara berkembang termasuk Indonesia,
tingginya angka morbiditas dan mortalitas Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) masih
menjadi masalah utama. Penyebab utama mortalitas BBLR di negara berkembang
adalah asfiksia, sindrom gangguan nafas, infeksi, serta komplikasi hipotermi.
Di Indonesia sekitar 70% persalinan terjadi di pedesaan dan di tolong oleh
dukun bayi, mungkin pula ditolong oleh mertua, anggota keluarga yang lain atau
tetangga. Faktor utama yang memberikan peluang terjadinya kematian neonatus di
rumah adalah kegagalan untuk mengenal faktor resiko tinggi pada kehamilan,
persalinan, periode neonatus dan tidak merujuk pada saat yang tepat. Upaya
perawatan BBLR dengan praktek “metode botol panas dan bedong” serta praktek
tradisional lainnya yang bersifat pendekatan supernatural, terbukti tidak dapat
membantu bahkan seringkali memberikan dampak buruk terhadap kondisi fisik bayi,
seperti kasus luka bakar akibat teknologi pemanasan dengan lampu petromaks.
(Bangun lubis, 2008) Menurut dr. Imral Chair SpA(K) dari Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia dan ketua I Perkumpulan Perinatologi Indonesia (Perinsia)
dalam seminar “Orientasi Metode Kanguru” yang diselenggarakan Forum Promosi
Kesehatan Indonesia, bayi premature maupun bayi cukup bulan yang lahir dengan
berat badan rendah, terutama di bawah 2000 gram, terancam kematian akibat
hipotermi yaitu penurunan suhu badan di bawah 36,50c disamping asfiksia dan
infeksi. (Imral Chair,2007).
Untuk mengetahui kematian perinatal diperlukan tindakan bedah mayat, karena bedah mayat sangat susah dilakukan di Indonesia maka kematian janin dan neonatus hanya didasarkan pada pemeriksaan klinik laboratorium. Dengan dasar pemeriksaan itu, sebab utama kematian perinatal di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta adalah infeksi, asfiksia neonatorum, trauma, kelahiran, cacat bawaan, penyakit yang berhubungan prematuritas, immaturitas, dan lain-lain. (Sarwono, 2002).Infeksi pada neonatus merupakan sebab yang penting terhadap terjadinya morbiditas dan mortalitas selama periode ini. Lebih kurang 2% janin dapat terinfeksi in utero dan 10% bayi baru lahir terinfeksi selama persalinan atau dalam bulan pertama kehidupan. (Rachma, 2005).Angka kejadian infeksi neonatorum masih cukup tinggi dan merupakan penyebab kematian utama pada neonatus. Hal ini dikarenakan neonatus rentan terhadap infeksi.Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kulit dan selaput lendir yang tipis dan mudah rusak, kemampuan fagositosis dan leukosit immunitas masih rendah. Immunoglobulin yang kurang efisien dan luka umbilikus yang belum sembuh. Bayi dengan BBLR lebih mudah terkena infeksi neonatorum. Tindakan invasif yang dialami neonatus juga meningkatkan resiko terjadinya infeksi nasokomial. (Surasmi, 2003).Infeksi pada Bayi Baru Lahir (BBL) sering sekali menjalar ke infeksi umum sehingga gejala umum tidak menonjol lagi. Beberapa gejala tingkah laku BBL tersebut di atas adalah malas minum, gelisah atau mungkin tampak letargi, frekuensi pernafasan meningkat, berat badan tiba-tiba menurun, muntah dan diare.
2.
RUMUSAN
MASALAH
a. Apa pengertian Pengertian dari infeksi pada
bayyi, balita dan anak?
b. Bagaimana cara infeksi dapat mencapai
neonatus?
c. Baimana tanda dan gejala infeksi pada
bayi,balita dan anak?
d. Apa Faktor yang menyebab terjadinya infeksi
pada bayi,balita dan anak?
e. Bagaimana cara mengatasi infeksi pada bayi ,
balita dan anak?
3.
TUJUAN
a. Mengetahui pengertian dari infeksi pada bayi,
balita dan anak
b. Mengetahui cara infeksi dapar mencapai
neonatus?
c. Mengetahui bagaimana tanda dan gejala infeksi
pada bayi, balita dan anak
d. Mengetahui faktor penyebab infeksi pada
bayi,balita dan anak
e. Mengetahui bagaimana cara mengatasi infeksi
pada bayi, balita dan anak
BACA LAGI !!!
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFINISI INFEKSI
Infeksi prenatal adalah
infeksi pada neonatus yang terjadi pada prenatal, antenatal, intranatal atau
post natal.
(Blanc,1961 dalam buku asuhan
keperawatan neonatus dan anak,2011:86)
Inkfesi Neonatorum atau
Infeksi adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi pada
bulan pertama kehidupan. yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru lahir.Infeksi
adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala
infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik.
(Doenges, Marylyn E. 2000, hal 871).
Septisemia menunjukkan munculnya infeksi
sistemik pada darah yang disebabkan oleh penggandaan mikroorganisme secara
cepat dan zat-zat racunnya yang dapat mengakibatkan perubahan psikologis yang
sangat besar. Infeksi merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui
darah dan jaringan lain. Infeksi terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir
tetapi merupakan penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi
bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya
kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi laki-laki. Pada
lebih dari 50% kasus, infeksi mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi
lahir, tetapi kebanyakan muncul dalam waktu 72 jam setelah lahir.Infeksi yang
baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan oleh infeksi
nasokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit).
Pembagian
Inkfesi:
1.
Inkfesi
Dini
terjadi 7 hari pertama
kehidupan.
Karakteristik : sumber
organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion,biasanya fulminan
dengan angka mortalitas tinggi.
2.
Inkfesi
lanjutan/nosokomial
yaitu terjadi setelah minggu
pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan pasca lahir.
Karakteristik : Didapat dari
kontak langsung atau tak langsung dengan organisme yang ditemukan dari
lingkungan tempat perawatan bayi, sering mengalami komplikasi
2. CARA INFEKSI DAPAT MENCAPAI NEONATUS
Infeksi prenatal dapat disebabkan oleh
berbagai bakteri seperti : escherichia coli, pseudomonas
pyocyaneus,klebsielia,staphylococcus aureus,coccus gonococcus
a. Infeksi antenatal
Infeksi yang terjadi pada masa kehamilan
dimana kuman masuk ke tubuh janin melalui sirkulasi darah ibu dan kemudian
masuk melewati placenta dan masuk kedalam sirkulasi darah umbilicus.
Misalnya:
1) Virus seperti
rubella,polio,yelitis,variola,vaccinia, coxsackie,cytomegalic inclusion
2) Spirochaeta: terponema polidum(lues)
3) Bakteri excheria coli, listeria monocytoganes
b. Infeksi intranatal
Infeksi yang terjadi pada masa persalinan ,
infeksi ini terjadi dengan cara mikro organisme masuk dari vagina naik dan
kemudian masuk ke dalam rongga amnion biasanya setelah kulit ketuban pecah.
Ketuban yang pecah lebih dari 12 jam akan menjadi penyebab timbulnya
placentitis dan amnionitis . infeksi dapat terjadi pula walaupun air ketuban
belum pecah yaitu pada partus lama yang sering dilakukan manipulasi vagina.
Infeksi dapat pula terjadi melalui kontak langsung dengan kuman yang berasal
dari vagina misalnya pada blennorhoe
c. Infeksi post natal
Onfeksi pada periode pasca natal dapat
terjadi setelah bayi lahir lengkap, misalnya melalui kontaminasi langsung
dengan alat-alat yang tidak steril , tindakan yang tidak antiseptik atau dapat
juga terjadi akibat infeksi silang, misalnya pada fian neonatorum , omfalitis
dan lain-lain,
(sudarti,M.kes. dalam buku kelainan dan
penyakit pada bayi & anak, 2011:32-33)
3. TANDA DAN GEJALA NEONATUS TERKENA INFEKSI
1.
Umum : panas, hipotermi, tampak tidak sehat, malas minum, letargi,
sklerema
2.
Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia,
muntah, diare, hepatomegali
3.
Saluran napas : apnea, dispnea, takipnea,
retraksi, napas cuping hidung, merintih, sianosis
4.
Sistem kardiovaskuler : pucat, sianosis, kulit marmorata, kulit lembab,
hipotensi, takikardi, bradikardia.
5.
Sistem saraf pusat : irritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas
minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun menonjol,high-pitched cry
6.
Hematologi : ikterus,splenomegali, pucat, petekie, purpura, pendarahan.
(Kapita selekta kedokteran Jilid II,Mansjoer
Arief 2008).
7.
Bayi malas minum
8.
Gelisah mungkin juga terjadi
letargi
9.
Frekuensi pernafasan
meningkat
10.
Berat badan menurun
11.
Muntah
12.
Diare
13.
Sklerema,edema
14.
Perdarahan m ikterusm kejang
15.
Suhu tubuh dapat normal ,
hipotermi dan hipertermi
Sugeng dan weni dalam buku asuhan keperawatan neonatus dan anak,2011:88)
Gejala
dari infeksi neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan
penyebarannya:
·
Infeksi pada tali pusar
(omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar.
·
Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan
koma, kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau
penonjolan pada ubun-ubun.
·
Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan
pada lengan atau tungkai yang terkena.
·
Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan
dan sendi yang terkena teraba hangat.
·
Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut
dan diare berdarah.
4. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INFEKSI
1.
Faktor Maternal
a.
Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi
kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya.
Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat
tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih banyak mengalami
infeksi dari pada bayi berkulit putih.
b.
Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu
(kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun.
c.
Kurangnya perawatan prenatal
d.
Ketuban pecah dini (KPD)
e.
Prosedur selama persalinan
2.
Faktor Neonatatal
a.
Prematurius
( berat
badan bayi kurang dari 1500 gram),merupakan faktor resiko utama untuk infeksi
neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup
bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh
terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus
menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga
melemahkan pertahanan kulit.
b.
Defisiensi imun.
Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik,
khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak
melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan
adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta
faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi
antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama
dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas
opsonisasi.
c.
Laki-laki dan kehamilan kembar.
Insidens infeksi pada bayi laki- laki empat kali
lebih besar dari pada bayi perempuan.
3.
Faktor
lingkungan
a.
Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering
memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit
lebih lama. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral
merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga
mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
b.
Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan
resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas,
sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten
berlipat ganda.
c.
Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran mikroorganisme
yang berasal dari petugas (infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak
tangan.
d.
Pada bayi yang minum ASI, spesiesLactbacillus danE.colli ditemukan dalam
tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi olehE.col li.
5. CARA PENANGANAN INFEKSI PADA BAYI,BALITA DAN
ANAK
a.
Mengatur
posisi tidur / semi fowler agar sesak berkurang
b.
Apabila
suhu tinggi lakukan kompres dingin
c.
Berikan
ASI perlahan –lahan sedikit demi sedikit
d.
Apabila
bayi muntah , lakukan perawatan muntah yaitu posisi tidur miring ke kiri atau
ke kanan
e.
Apabila
ada diare perhatikan personal hygiene dan keadaan lingkungan
f.
Rujuk
segera ke rumah sakit , jelaskan kepada keluarga bahwa anaknya perlu dirujuk
untuk perawatan selanjutnya.
Sugeng dan weni dalam buku asuhan keperawatan
neonatus dan bayi , 2011:88)
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Inkfesi Neonatorum atau
Infeksi adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi pada
bulan pertama kehidupan. yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru lahir.Infeksi
adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala
infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik.
Dengan tanda :
1.
Umum : panas, hipotermi, tampak tidak sehat, malas minum, letargi, sklerema
2.
Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia,
muntah, diare, hepatomegali
3.
Saluran napas : apnea, dispnea, takipnea,
retraksi, napas cuping hidung, merintih, sianosis
4.
Sistem kardiovaskuler : pucat, sianosis, kulit marmorata, kulit lembab,
hipotensi, takikardi, bradikardia.
5.
Sistem saraf pusat : irritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas
minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun menonjol,high-pitched cry
6.
Hematologi : ikterus,splenomegali, pucat, petekie, purpura, pendarahan.
7.
Bayi malas minum
8.
Gelisah mungkin juga terjadi
letargi
9.
Frekuensi pernafasan
meningkat
10.
Berat badan menurun
11.
Muntah
12.
Diare
13.
Sklerema,edema
14.
Perdarahan m ikterusm kejang
15.
Suhu tubuh dapat normal ,
hipotermi dan hipertermi
2. SARAN
dalam makalah ini menjelaskan tentang infeksi pada neonatus. Jadi sebagai tenaga kesehatan
hendaknya dapat mengetahui apa itu infeksi pada neonatus serta cara penanganannya agar tidak sampai
mengakibatkan kematian pada bayi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar