ORANG SABAR DI SAYANG TUHAN

ORANG SABAR DI SAYANG TUHAN
ORANG SABAR DI SAYANG TUHAN

Kamis, 29 September 2016

MAKALAH ASUHAN BAYI, BALITA DAN ANAK INFEKSI PADA NEONATUS




MAKALAH ASUHAN BAYI, BALITA DAN ANAK
INFEKSI PADA NEONATUS




Description: E:\LOGO\KH - D-IV BIDAN PENDIDIK.png




OLEH
IZZATIN NIMAH          (201304023)

                





       PRODI DIV BIDAN PENDIDIK
STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
TAHUN AJARAN 2014-2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa  yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas ini dapat diselesaikan.
Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai  tugas mata kuliah Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita dengan judul “Masalah infeksi pada Neonarus dan Bayi”  di Stikes Karya Husada Kediri Terima kasih disampaikan kepada Bapak/Ibu dosen pengampu mata kuliah Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi lancarnya tugas ini.
Demikianlah tugas ini disusun semoga bermanfaat, agar dapat memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita.

Kediri 13 Desember 2014
           

Penyusun





BAB I
PENDAHULUAN

1.      LATAR BELAKANG
Berdasarkan perkiraan World Health Organitation (WHO) hampir semua (98%) dari lima juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada periode neonatal dini dan 42% kematian neonatal disebabkan infeksi seperti: infeksi, tetanus neonatorum, meningitis, pneumonia, dan diare. (Imral chair, 2007).
Laporan WHO tahun 2005 angka kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per 1000 kelahiran hidup. Jika angka kelahiran hidup di Indonesia sekitar 5 juta per tahun dan angka kematian bayi 20 per 1000 kelahiran hidup, berarti sama halnya dengan setiap hari 246 bayi meninggal, setiap satu jam 10 bayi Indonesia meninggal, jadi setiap enam menit satu bayi Indonesia meninggal. (Roesli Utami, 2008) Menurut DEPKES RI angka kematian infeksi neonatorum cukup tinggi 13-50% dari angka kematian bayi baru lahir. Masalah yang sering timbul sebagai komplikasi infeksi neonatorum adalah meningitis, kejang, hipotermi, hiperbilirubinemia, gangguan nafas, dan minum.(Depkes, 2007).
Di negara berkembang termasuk Indonesia, tingginya angka morbiditas dan mortalitas Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) masih menjadi masalah utama. Penyebab utama mortalitas BBLR di negara berkembang adalah asfiksia, sindrom gangguan nafas, infeksi, serta komplikasi hipotermi. Di Indonesia sekitar 70% persalinan terjadi di pedesaan dan di tolong oleh dukun bayi, mungkin pula ditolong oleh mertua, anggota keluarga yang lain atau tetangga. Faktor utama yang memberikan peluang terjadinya kematian neonatus di rumah adalah kegagalan untuk mengenal faktor resiko tinggi pada kehamilan, persalinan, periode neonatus dan tidak merujuk pada saat yang tepat. Upaya perawatan BBLR dengan praktek “metode botol panas dan bedong” serta praktek tradisional lainnya yang bersifat pendekatan supernatural, terbukti tidak dapat membantu bahkan seringkali memberikan dampak buruk terhadap kondisi fisik bayi, seperti kasus luka bakar akibat teknologi pemanasan dengan lampu petromaks. (Bangun lubis, 2008) Menurut dr. Imral Chair SpA(K) dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan ketua I Perkumpulan Perinatologi Indonesia (Perinsia) dalam seminar “Orientasi Metode Kanguru” yang diselenggarakan Forum Promosi Kesehatan Indonesia, bayi premature maupun bayi cukup bulan yang lahir dengan berat badan rendah, terutama di bawah 2000 gram, terancam kematian akibat hipotermi yaitu penurunan suhu badan di bawah 36,50c disamping asfiksia dan infeksi. (Imral Chair,2007).

Untuk mengetahui kematian perinatal diperlukan tindakan bedah mayat, karena bedah mayat sangat susah dilakukan di Indonesia maka kematian janin dan neonatus hanya didasarkan pada pemeriksaan klinik laboratorium. Dengan dasar pemeriksaan itu, sebab utama kematian perinatal di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta adalah infeksi, asfiksia neonatorum, trauma, kelahiran, cacat bawaan, penyakit yang berhubungan prematuritas, immaturitas, dan lain-lain. (Sarwono, 2002).Infeksi pada neonatus merupakan sebab yang penting terhadap terjadinya morbiditas dan mortalitas selama periode ini. Lebih kurang 2% janin dapat terinfeksi in utero dan 10% bayi baru lahir terinfeksi selama persalinan atau dalam bulan pertama kehidupan. (Rachma, 2005).Angka kejadian infeksi neonatorum masih cukup tinggi dan merupakan penyebab kematian utama pada neonatus. Hal ini dikarenakan neonatus rentan terhadap infeksi.Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kulit dan selaput lendir yang tipis dan mudah rusak, kemampuan fagositosis dan leukosit immunitas masih rendah. Immunoglobulin yang kurang efisien dan luka umbilikus yang belum sembuh. Bayi dengan BBLR lebih mudah terkena infeksi neonatorum. Tindakan invasif yang dialami neonatus juga meningkatkan resiko terjadinya infeksi nasokomial. (Surasmi, 2003).Infeksi pada Bayi Baru Lahir (BBL) sering sekali menjalar ke infeksi umum sehingga gejala umum tidak menonjol lagi. Beberapa gejala tingkah laku BBL tersebut di atas adalah malas minum, gelisah atau mungkin tampak letargi, frekuensi pernafasan meningkat, berat badan tiba-tiba menurun, muntah dan diare.







2.      RUMUSAN MASALAH
a.       Apa pengertian Pengertian dari infeksi pada bayyi, balita dan anak?
b.      Bagaimana cara infeksi dapat mencapai neonatus?
c.       Baimana tanda dan gejala infeksi pada bayi,balita dan anak?
d.      Apa Faktor yang menyebab terjadinya infeksi pada bayi,balita dan anak?
e.       Bagaimana cara mengatasi infeksi pada bayi , balita dan anak?


3.      TUJUAN
a.       Mengetahui pengertian dari infeksi pada bayi, balita dan anak
b.      Mengetahui cara infeksi dapar mencapai neonatus?
c.       Mengetahui bagaimana tanda dan gejala infeksi pada bayi, balita dan anak
d.      Mengetahui faktor penyebab infeksi pada bayi,balita dan anak
e.       Mengetahui bagaimana cara mengatasi infeksi pada bayi, balita dan anak



BACA LAGI !!!
BAB II
PEMBAHASAN

1.      DEFINISI INFEKSI
Infeksi prenatal adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada prenatal, antenatal, intranatal atau post natal.
                                    (Blanc,1961 dalam buku asuhan keperawatan neonatus dan anak,2011:86)
Inkfesi Neonatorum atau Infeksi adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru lahir.Infeksi adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik.
 (Doenges, Marylyn E. 2000, hal 871).
 Septisemia menunjukkan munculnya infeksi sistemik pada darah yang disebabkan oleh penggandaan mikroorganisme secara cepat dan zat-zat racunnya yang dapat mengakibatkan perubahan psikologis yang sangat besar. Infeksi merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan jaringan lain. Infeksi terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi laki-laki. Pada lebih dari 50% kasus, infeksi mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul dalam waktu 72 jam setelah lahir.Infeksi yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit).

Pembagian Inkfesi:
1.  Inkfesi Dini
terjadi 7 hari pertama kehidupan.
Karakteristik : sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion,biasanya fulminan dengan angka mortalitas tinggi.

2.  Inkfesi lanjutan/nosokomial
yaitu terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan pasca lahir.
Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering mengalami komplikasi

2.      CARA INFEKSI DAPAT MENCAPAI NEONATUS
Infeksi prenatal dapat disebabkan oleh berbagai bakteri seperti : escherichia coli, pseudomonas pyocyaneus,klebsielia,staphylococcus aureus,coccus gonococcus
a.       Infeksi antenatal
Infeksi yang terjadi pada masa kehamilan dimana kuman masuk ke tubuh janin melalui sirkulasi darah ibu dan kemudian masuk melewati placenta dan masuk kedalam sirkulasi darah umbilicus.
Misalnya:
1)      Virus seperti rubella,polio,yelitis,variola,vaccinia, coxsackie,cytomegalic inclusion
2)      Spirochaeta: terponema polidum(lues)
3)      Bakteri excheria coli, listeria monocytoganes
b.      Infeksi intranatal
Infeksi yang terjadi pada masa persalinan , infeksi ini terjadi dengan cara mikro organisme masuk dari vagina naik dan kemudian masuk ke dalam rongga amnion biasanya setelah kulit ketuban pecah. Ketuban yang pecah lebih dari 12 jam akan menjadi penyebab timbulnya placentitis dan amnionitis . infeksi dapat terjadi pula walaupun air ketuban belum pecah yaitu pada partus lama yang sering dilakukan manipulasi vagina. Infeksi dapat pula terjadi melalui kontak langsung dengan kuman yang berasal dari vagina misalnya pada blennorhoe
c.       Infeksi post natal
Onfeksi pada periode pasca natal dapat terjadi setelah bayi lahir lengkap, misalnya melalui kontaminasi langsung dengan alat-alat yang tidak steril , tindakan yang tidak antiseptik atau dapat juga terjadi akibat infeksi silang, misalnya pada fian neonatorum , omfalitis dan lain-lain,
(sudarti,M.kes. dalam buku kelainan dan penyakit pada bayi & anak, 2011:32-33)


3.      TANDA DAN GEJALA NEONATUS TERKENA INFEKSI
1.            Umum : panas, hipotermi, tampak tidak sehat, malas minum, letargi, sklerema
2.             Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali
3.             Saluran napas : apnea, dispnea, takipnea, retraksi, napas cuping hidung, merintih,  sianosis
4.            Sistem kardiovaskuler : pucat, sianosis, kulit marmorata, kulit lembab, hipotensi, takikardi, bradikardia.
5.            Sistem saraf pusat : irritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun menonjol,high-pitched cry
6.            Hematologi : ikterus,splenomegali, pucat, petekie, purpura, pendarahan.
(Kapita selekta kedokteran Jilid II,Mansjoer Arief 2008).
7.            Bayi malas minum
8.            Gelisah mungkin juga terjadi letargi
9.            Frekuensi pernafasan meningkat
10.        Berat badan menurun
11.        Muntah
12.        Diare
13.        Sklerema,edema
14.        Perdarahan m ikterusm kejang
15.        Suhu tubuh dapat normal , hipotermi dan hipertermi
Sugeng dan weni dalam buku asuhan keperawatan neonatus dan anak,2011:88)



Gejala dari infeksi neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan
 penyebarannya:
·         Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar.
·          Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma, kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun.
·         Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan atau tungkai yang terkena.
·         Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan sendi yang terkena teraba hangat.
·         Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare berdarah.

4.      FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INFEKSI
1.            Faktor Maternal
a.       Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.
b.      Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun.
c.       Kurangnya perawatan prenatal
d.      Ketuban pecah dini (KPD)
e.       Prosedur selama persalinan
2.             Faktor Neonatatal
a.       Prematurius
 ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram),merupakan faktor resiko utama untuk infeksi neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.
b.      Defisiensi imun.
Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.
c.       Laki-laki dan kehamilan kembar.
Insidens infeksi pada bayi laki- laki empat kali lebih besar dari pada bayi perempuan.






3.            Faktor lingkungan
a.        Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
b.      Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda.
c.       Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran mikroorganisme yang berasal dari petugas (infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak tangan.
d.      Pada bayi yang minum ASI, spesiesLactbacillus danE.colli ditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi olehE.col li.


5.      CARA PENANGANAN INFEKSI PADA BAYI,BALITA DAN ANAK
a.       Mengatur posisi tidur / semi fowler agar sesak berkurang
b.      Apabila suhu tinggi lakukan kompres dingin
c.       Berikan ASI perlahan –lahan sedikit demi sedikit
d.      Apabila bayi muntah , lakukan perawatan muntah yaitu posisi tidur miring ke kiri atau ke kanan
e.       Apabila ada diare perhatikan personal hygiene dan keadaan lingkungan
f.       Rujuk segera ke rumah sakit , jelaskan kepada keluarga bahwa anaknya perlu dirujuk untuk perawatan selanjutnya.
Sugeng dan weni dalam buku asuhan keperawatan neonatus dan bayi , 2011:88)










BAB III
PENUTUP

1.      KESIMPULAN
Inkfesi Neonatorum atau Infeksi adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru lahir.Infeksi adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik. Dengan tanda :
1.            Umum : panas, hipotermi, tampak tidak sehat, malas minum, letargi, sklerema
2.             Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali
3.             Saluran napas : apnea, dispnea, takipnea, retraksi, napas cuping hidung, merintih,  sianosis
4.            Sistem kardiovaskuler : pucat, sianosis, kulit marmorata, kulit lembab, hipotensi, takikardi, bradikardia.
5.            Sistem saraf pusat : irritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun menonjol,high-pitched cry
6.            Hematologi : ikterus,splenomegali, pucat, petekie, purpura, pendarahan.
7.            Bayi malas minum
8.            Gelisah mungkin juga terjadi letargi
9.            Frekuensi pernafasan meningkat
10.        Berat badan menurun
11.        Muntah
12.        Diare
13.        Sklerema,edema
14.        Perdarahan m ikterusm kejang
15.        Suhu tubuh dapat normal , hipotermi dan hipertermi



2.      SARAN
dalam makalah ini menjelaskan tentang infeksi pada neonatus. Jadi sebagai tenaga kesehatan hendaknya dapat mengetahui apa itu infeksi pada neonatus serta cara penanganannya agar tidak sampai mengakibatkan kematian pada bayi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar