makalah
polihidramnion
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Polihidramion
atau sering disingkat menjadi hidramion.didefinisan sebagai suatu keadaan
dimana jumlah air pada kandungan melebihi 2 liter.sedangkan secara klinik
adalah penumpukan cairan ketuban yang berlebihan dapat menimbulkan rasa tidak
nyaman pada ibu hamil.sedangkan jika dilihat secara USG jika Amniotic Fluid
Index (AFI)>20 atau lebih dalam istilah kedokteran.
Etiologi hidramion
belum jelas,secara teori hidramion bisa terjadi karena :
1. Produksi
air ketuban bertambah .Diduga
menghasilkan air ketuban ialah epitel amnion.tetapi air ketuban dapat juga
bertambah karena cairan lain masuk dalam ruangan amnion,misalnya air kecing
anak dan anensefal.
2. Pengaliran
air ketuban terganggu .air ketuban yang telah dibuat dialirkan dan diganti
dengan yang baru.salah satu jalan pengaliran ialah ditelan oleh
janin.Diabsorpsi oleh usus dan dialairkan ke plasenta,akhirnyabmasuk ke dalam
peredaran darah ibu.Jalan ini kurang terbuka kalau anak tidak menelan,seperti
pada atresia esofagus ,anensefal atau
tumor – tumor plasenta.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang
dimaksud dengan Poligohidramnion?
2. Apa penyebab
dari Poligohidramnion ?
3. Macam – macam Poligohidramnion
?
4. Frekuensi Poligohidramnion
?
5. Bagaimana Predisposisi
dari oligohidramnion ?
6. Mengetahui
wanita dengan insiden Poligohidramnion ?
7. Mengetahui
Diagnosa banding Poligohidramnion ?
10. Bagaimana Prognosis dan komplikasi
dari oligohidramnion ?
11. Bagaimana
pelaksanaan Polihidramion ?
1.3 TUJUAN
1.
Mengetahui Apa
yang dimaksud dengan Poligohidramnion.
2. Mengetahui Apa penyebab dari Poligohidramnion .
3. Mengetahui Macam – macam Poligohidramnion ?
4. Mengetahui Frekuensi Poligohidramnion ?
5. Mengetahui Bagaimana Predisposisi dari
oligohidramnion ?
6. Mengetahui wanita dengan insiden Poligohidramnion ?
7. Mengetahui Diagnosa banding Poligohidramnion
?
12. Mengetahui Bagaimana Prognosis dan
komplikasi dari oligohidramnion ?
13. Mengetahui Bagaimana
pelaksanaan Polihidramion ?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi Polihidramnion
Jumlah cairan amnion disekeliling janin
yang (abnormal) sangat banyak.
(Errol Norwitz, John Schorge, 2007;101)
Hidramnion (Polihidramnion) adalah
cairan amnion yang berlebihan, didiagnosis sebagai kondisi ringan jika kantong
cairan berisi 8-11 cm dalam dimensi vertikal pada ultrasonografi, kondisi
sedang jika kantong hanya berisi bagian-bagian kecil dengan panjang 12-15 cm,
dan berat jika kantong cairan >15 cm.
(Constance Sinclair, 2010;103)
Polihidramnion adalah suatu keadaan
dimana jumlah air ketuban lebih banyak dari normal, biasanya kalau lebih dari 2
liter.
Beberapa ahli ada yang berpendapat
sampai 4 atau 5 liter, sedangkan Kustner mendapatkan sampai 15 liter pada
kehamilan baru 5 bulan.
(Rustam Mochtar, 1998;252)
Batasan hidramnion (polihidramnion)
adalah jika air ketuban melebihi 2000 cc atau dalam pemeriksaan AFI di atas 25
cm atau satu poket air ketuban di atas 8 cm.
Batasan lain menyebutkan bahwa jika air
ketuban melebihi presntil ke-95 (atau hampir dua kali lipat jumlah normal).
(I.B.G Manuaba, 2007;502)
Cairan amnion yang terlalu banyak
disebut polihidramnion (> 2 liter) yang mungkin berkaitan dengan diabetes
atau trisomi 18.
(Sarwono Prawirohardjo, 2014;155)
2.2
Etiologi
Mekanisme terjadinya polihidramnion
hanya sedikit yang kita ketahui. Pada penyelidikan yang dilakukan oleh para
sarjana, tidak didapati kelainan pada epitel amnion yang dapat menyebabkan hipersekresi
dari air ketuban. Secara logis dapat diterima mekanisme sebagai berikut :
· Produksi
tetap biasa – konsumsi kurang atau nihil sehingga terjadi polihidramnion.
· Produksi
hebat atau meningkat (urin janin meningkat, dan lain-lain) – konsumsi biasa – polihidramnion.
(Rustam Mochtar, 1998;252)
2.3
Macam – macam Polihidramion
1. Polihidramnion
Kronis
Banyak
dijumpai. Pertumbuhan air ketuban terjadi secara perlahan-lahan dalam beberapa
minggu atau bulan, dan biasanya terjadi pada kehamilan yang lanjut.
2. Polihidramnion
Akut
Terjadi
pertambahan air ketuban yang sangat tiba-tiba dan cepat dalam waktu beberapa
hari saja. Bisanya terdapat pada kehamilan yang agak muda, bulan ke 5 dan ke 6.
Komposisi dari air ketuban pda hidramnion, menurut penyelidikan, serupa saja
dengan air ketuban yang normal.
(Rustam Mochtar, 1998;252)
2.4
Frekuensi
Yang
sering kita jumpai adalah polihidramnion ringan, dengan jumlah cairan 2-3
liter. Yang berat dan akut jarang. Frekuensi polihidramnion kronis adalah
0,5-1%.
Insiden
dari konginetal anomali lebih sering kita dapati pada polihidramnion yaitu
sebesar 17,7-29%.
Hidramnion
sering kita dapati bersamaan dengan:
a. Gemeli
atau hamil ganda (12,5%)
b. Hidrops
foetalis
c. Diabetes
melitus
d. Toksemia
gravidarum
(Rustam Mochtar,
1998;252)
2.5
Predisposisi
Walaupun etiologi tidak jelas, namun ada
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya olihidramnion, antara lain:
· Penyakit
jantung
· Nefritis
· Edema
umum
· Anomali
kongenital (pada anak), seperti anensefali, spina bifida, atresia atau striktur
esofagus, hidrosefalus, dan struma blocking oesophagus.
Dalam
hal ini terjadi karena:
-
Tidak ada stimulasi dari otak dan spina
-
Excressive urinary secretion
-
Tidak berfungsinya pusat menelan dan
haus
-
Transudasi langsung dari cairan
meningetal ke dalam amnion
· Simpul
tali pusat
· Diabetes
melitus
· Gemeli
unovulair
· Malnutrisi
· Penyakit
kelenjar hipofisis
· Pada
polihidramnion biasanya plasenta lebih besar dan lebih berat dari biasa karena
itu transudasi menjadi lebih banyak dan timbul polihidramnion.
(Rustam
Mochtar, 1998;253)
2.6
Diagnosis
Polihdramnion harus dicurigai jika
tinggi fundus jauh diatas yang diharapkan untuk usia gestasi. Polihidramnion
dideskripsikan secara sonografi sebagai volume total cairan amnion >2 L, sebuah
kantung vertikal tunggal ≥10 cm, atau ICA >20 cm pada saat aterm atau
>persentil ke-95 untuk usia gestasi pada saat observasi.
(Errol Norwitz, John Schorge, 2007;101)
1. Anamnesis
- Perut
lebih besar dan terasa lebih berat dari biasa.
- Pada
yang ringan keluhan-keluhan subyektif tidak banyak.
- Pada
yang akut dan pada pembesaran uterus yang cepat, maka terdapat keluhan-keluhan
yang disebabkan karena tekanan pada organ, terutama pada diafragma, seperti:
sesak (dispnoe), nyeri ulu hati, dan sianosis.
- Nyeri
perut karena tegangnya uterus, mual, dan muntah.
- Edema
pada tungkai, vulva, dinding perut.
- Pada
proses akut dan perut besar sekali, bisa syok, berkeringat dingin, dan sesak.
2. Inspeksi
- Kelihatan
perut sangat buncit dan tegang, kulit perut berkilat, retak-retak kulit jelas
dan kadang-kadang umbilikus mendatar.
- Kalau
akut, si ibu terlihat sesak (dispnoe) dan sianosis, serta terlihat payah
membawa kandungannya.
3. Palpasi
- Perut
tegang dan nyeri tekan serta terjadi edema pada dinding perut, vulva dan
tungkai.
- Fundus
uteri lebih tinggi dari tuanya kehamilan sesungguhnya.
- Bagian-bagian
janin sukar dikenali karena banyaknya cairan.
- Kalau
pada letak kepala, kepala janin bisa diraba, maka ballotement jelas sekali.
- Karena
bebasnya janin bergerak dan kepala tidak terfiksir, maka dap terjadi
kesalahan-kesalahan letak janin.
4. Auskultasi
Denyut
jantung janin sukar didengar atau kalau terdengar halus sekali.
5. Rontgen
Foto Abdomen
- Nampak
bayangan berselubung kabur karena banyaknya cairan, kadang-kadang bayangan
janin tidak jelas.
- Foto
rontgen pada hidramnion berguna untuk diagnostik dan untuk menentukan etiologi,
seperti anomali kongenital (anensefali atau gemeli).
6. Pemeriksaan
Dalam
7. Selaput
ketuban teraba tegang dan menonjol walaupun diluar his.
(Rustam Mochtar, 1998;253-254)
2.7
Diagnosa Banding
Bila seorang ibu datang dengan perut
yang lebih besar dari kehamilan yang seharusnya, kemungkinan:
- Polihidramnion
- Gemeli
- Asites
- Kista
ovari
- Kehamilan
beserta tumor.
(Rustam
Mochtar, 1998;254)
2.8
Prognosis
Pada janin, prognosanya agak buruk
(mortalitas ±50%), terutama karena:
- Kongenital
anomali
- Prematuritas
- Komplikasi
karena kesalahan letak anak, yaitu pada letak lintang atau tali pusat menumbung
- Eritroblastosis
- Diabetes
melitus
- Solusio
plasenta, kalaau ketuban pecah tiba-tiba.
Pada
ibu:
- Solusio
plasenta
- Atonia
uteri
- Perdarahan
postpartum
- Retensio
plasenta
- Syok
- Kesalahan-kesalahan
letak janin menyebabkan partus jadi lama dan sukar.
(Rustam
Mochtar, 1998;254)
2.9
Komplikasi
Overdistensi uterus dapat menyebabkan
dispnea ibu atau edema refraktoris pada ekstremitas bawah dan vulva. Selama
persalinan, polihidramnion dapat menyebabkan malpresentasi janin, proses
persalinan disfungsional, dan/atau perdarahan persalinan.
(Errol Norwitz, John Schorge, 2007;101)
2.10 Tata
Laksana
Pilihan terapi antepartum terbatas. Obat
anti inflamasi nonsteroid (indometasin) dapat menurunkan produksi urin janin,
tetapi dapat menyebabkan penutupan dini duktus arteriosus pada janin.
Pengeluaran cairan melalui amniosentesis hanya efek sementara. Selama proses
persalinan, amniotomi terkontrol dapat mengurangi insidensi komplikasi yang
disebabkan oleh dekompresi cepat (abruptio plasenta, prolaps tali pusat).
(Errol Norwitz, John Schorge, 2007;101)
Terapi
polihidramnion dibagi dama 3 fase:
1) Waktu
Hamil (di BKIA)
- Polihidramnion
ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan berikan terapi simtomatis.
- Pada
polihidramnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat di rumah sakit
untuk istirahat sempurna. Berikan diet rendah garam. Obat-obatan yang dipakai
adalah sedativa dan obat deurisis. Bila sesak hebat sekali disertai sianosis
dan perut tegang, lakukan pungsi
abdominal pada kanan bawah umbilikus.
Dalam
satu hari dikeluarkan 500 cc perjam sampai keluhan berkurang. Kalau cairan
dikeluarkan secara dikhawatirkan terjadi his dan solusio plasenta, apalagi bila
anak belum viabel.
Komplikasi
pungsi dapat berupa:
a) Timbul
his
b) Trauma
pada janin
c) Terkenanya
organ-organ rongga perut oleh tusukan, dan
d) Infeksi
serta syok.
Bila
sewaktu melakukan aspirasi keluar darah, umpamanya jarum mengenai plasenta,
maka pungsi harus dihentikan.
2) Waktu
Partus
- Bila
tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita menunggu.
- Bila
keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis, maka lakukan pungsi transvaginal
melalui serviks bila sudah ada pembukaan.
Dengan
memakai jarum pungsi tusuklah ketuban pada beberapa tempat lalu air ketuban
akan keluar pelan-pelan. Boleh juga memakai troikar.
- Bila
sewaktu pemeriksaan dalam ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk menghalangi air
ketuban mengalir keluar dengan deras, masukkanlah tinju ke dalam vagina sebagai
tampon beberapa lama supaya air ketuban keluar pelan-pelan. Maksud semua ini
adalah supaya tidak terjadi solusio plasenta, syok karena tiba-tiba perut
menjadi kosong, atau perdarahan postpartum karena atonia uteri.
3) Postpartum
- Harus
berhati-hati akan terjadinya perdarahan postpartum, jadi sebaiknya lakukan
pemeriksaan golongan dan transfusi darah (donor) serta sediakan obat
uterotonika.
- Untuk
berjaga-jaga pasanglah infus untuk pertolongan perdarahan postpartum.
- Kalau
perdarahan banyak dan keadaan ibu setelah partus lemah, maka untuk menghindari
infeksi berikan antibiotika yang cukup.
(Rustam
Mochtar, 1998;255)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR
PUSTAKA
Norwitz,
errol / John Schorge. 2007. At a Glance
Obstetri & Ginekologi Edisi Kedua. Jakarta. Erlangga
Sinclair,
Constance CNM, MSN dkk. 2010. Buku Saku
Kebidanan. Jakarta. EGC
Mochtar,
Rustam. 1998. SINOPSIS OBSTETRI Obstetri
Fisiologi & Obstetri Patologi Edisi 2. Jakarta. EGC
Prof.
dr. Manuaba, I.B.G, Sp.OG(K) dkk. Pengantar
KULIAH OBSTETRI. Jakarta. EGC
Prawirohardjo,
Sarwono. 2014. ILMU KEBIDANAN Edisi
Keempat. Jakarta. Bina Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar