ORANG SABAR DI SAYANG TUHAN

ORANG SABAR DI SAYANG TUHAN
ORANG SABAR DI SAYANG TUHAN

Jumat, 30 September 2016

MAKALAH ASKEB PATOLOGI KETUBAN PECAH PREMATUR

MAKALAH
ASKEB PATOLOGI
 “KETUBAN PECAH PREMATUR”

 






 Disusun Oleh   :
IZZATIN NIMAH
201304023


D – IV KEBIDANAN
STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2015/2016




KATA PENGANTAR

                


Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T, karena hanya dengan rahmat serta ijin-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Askeb Patologi dengan judul “Ketuban Pecah Prematur”. Dalam penulisan dan penyusunan tugas mata kuliah Askeb Patologi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan semua pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Brivian Florentis Yustanta selaku dosen mata kuliah Askeb Patologi
2. Rekan-rekan serta semua pihak yang telah membantu penulis selama penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa Tugas Mata Kuliah Askeb Patologi masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena, itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan tugas ini.
Semoga Tugas Mata Kuliah Askeb Patologi dapat berguna bagi penulis dan segala pihak khususnya bagi mahasiswa Prodi D IV Kebidanan STIKES Karya Husada Pare Kediri.
Pare, 11 September 2015

    Penyusun







DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………………………………….
I
Kata Pengantar………………………………………………………………………
II
Daftar Isi   …………………………………………………………………………..
III
Bab 1 Pendahuluan

1.1. Latar Belakang………………………………………………………………….
1
1.2. Rumusan  Masalah……………………………………………………………...
1
1.3. Tujuan Penulisan………………………………………………………………..
1
Bab II Pembahasan

2.1 Definisi Ketuban Pecah Prematur……………………………………………….
2
2.2 Etiologi Ketuban Pecah Prematur……………………………………………….
3
2.3 Komplikasi Ketuban Pecah Prematur…………………………………………...
 4
2.4 Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Prematur……………………………………..
5
2.5 Prognosis Ketuban Pecah Prematur……………………………………………..
6
2.6 Pencegahan Ketuban Pecah Prematur…………………………………………...
6
2.7 Pemeriksaan Diagnostik Ketuban Pecah Prematur……………………………..
7
2.8 Penatalaksanaan Ketuban Pecah Prematur……………………………………..
8
Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………...
9
3.2 Saran …………………………………………………………………………….
9
Daftar Pustaka……………………………………………………………………….
10







BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan korion berfungsi menghasilkan air ketuban dan melindungi janin dari infeksi. Insidensi KPP berkisar antara 8-10% dari semua kehamilan. Pada kehamilan aterm  insidensinya bervariasi antara 6-19%. Sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2%. Hampir semua KPP pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah. Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas). Oleh karena itu, penanganan segera pada ketuban pecah prematur bertujuan agar janin dan ibu bisa menjalani proses persalinan dengan normal dan tanpa adanya komplikasi.
1.2.       Rumusan Masalah
a.       Apa pengertian ketuban pecah prematur ?
b.      Apa  penyebab ketuban pecah prematur ?
c.       Bagaimana komplikasi ketuban pecah prematur?
d.      Bagaimana tanda dan gejala ketuban pecah prematur ?
e.       Bagaimana  prognosis ketuban pecah prematur ?
f.       Bagaimana pencegahan ketuban pecah prematur ?
g.      Bagaimana pemeriksaan diagnostic ketuban pecah prematur ?
h.      Bagaimana penatalaksanaan ketuban pecah prematur ?
1.3   Tujuan Penulisan
  1. Mengetahui pengertian ketuban pecah prematur.
  2. Mengetahui penyebab ketuban pecah prematur.
  3. Mengetahui komplikasi ketuban pecah prematur.
  4. Mengetahui tanda dan gejala ketuban pecah prematur.
  5. Mengetahui prognosis ketuban pecah prematu.
  6. Mengetahui pencegahan ketuban pecah prematur.
  7. Mengetahui pemeriksaan diagnostic ketuban pecah prematur.
  8. Mengetahui penatalaksanaan ketuban pecah prematur.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Ketuban Pecah Premature
Ketuban pecah premature (PPROM/(Preterm Premature Rupture of Membranes) mendefinisikan ruptur spontan membran janin sebelum mencapai umur kehamilan 37 minggu dan sebelum onset persalinan.
(American College of Obstetricians dan Gynecologists, 2007)
Ketuban  pecah dini  (Premature Rupture of Membranes/ PROM)  mengacu kepada pasien yang melampaui usia kehamilan 37 minggu dan ditampilkan dengan adanya pecah ketuban (Rupture of  Membranes/ROM)  sebelum awal persalinan. Sedangkan ketuban pecah dini preterm /PPROM) adalah pecahnya ketuban (ROM) sebelum kehamilan 37 minggu. Dan pecah  ketuban berkepanjangan adalah setiap pecahnya ketuban yang berlangsung selama lebih dari 24 jam dan lebih dahulu pecah pada awal persalinan.. Pecah tersebut kemungkinan memiliki berbagai penyebab, namun banyak yang percaya infeksi intrauterin menjadi salah satu predisposisi utama Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah prematur.
 (Prawirorahardjo, 2010)
Saat masuk rumah sakit, 75% wanita yang mengalami ketuban pecah premature sudah berada dalam persalinan, 5% byi dilahirkan karena penyulit lain, dan 10% setelah awiatn persalinan spontan dalam 48 jam. Hanya pada 7% kelahiran dapat ditunada 48 jam atauu lebih setelah ketuban pecah (penanganan menunggu). Periode dari rupture membrane hingga kelahiran (masa laten) berbanding tebalik dengan usia gestasi saat membrane pecah. Karena itu semakin dini terjadi, maka semakin lama interval masa laten sampai awitan persalinan.
( Kenneth,2009)


2.2 .  Etiologi
Etiologi pada sebagian besar kasus tidak diketahui. Pada 20% kasus, pecahnya ketuban merupakan tanda pertama akan dimulainya persalinan (Oxorn, 2010). Ada beberapa hal yang menjadi penyebab pecahnya ketuban secara prematur. Hal-hal tersebut diantaranya adalah (Yulaikhah, 2006):
  1. Serviks inkompeten yang merupakan kondisi dimana serviks mengalami pembukaan dan juga penipisan sebelum waktunya sehingga sehingga tidak dapat menahan janin dalam kandungan, sehingga mengakibatkan terjadinya kelahiran premature bahkan keguguran.
  2. Ketegangan yang berlebihan pada rahim, seperti ditemui pada kehamilan ganda dan hidroamnion sehingga mengakibatkan tekanan intra uterin yang tinggi atau meningkat secara berlebih ( overdistensi uterus).
  3. Kelainan letak pada janin dalam rahim, seperti letak sungsang dan letak lintang sehingga tdak ada bagian terndah janin yang menutupi PAP yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran baghian bawah.
  4. Keadaan yang kemungkinan disebabkan oleh sempitnya panggul ibu, seperti perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP (disproporsi sefalopelvik)
  5. Kelainan bawaan dari selaput ketuban
  6. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sel sehingga memudahkan ketuban pecah (amnionitis/korioamnionitis) 

2.3  Komplikasi
Komplikasi  yang timbul akibat ketuban pecah premature bergantung pada usia kehamilan.  Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagalnya persalinan normal.
(Prawirohardjo, 2010)

a.       Persalinan prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan.  Periode laten tergantung umur kehamilan.  Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah.  Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
b.      Infeksi
Resiko infeksi ibu dan anak meningkat . Pada ibu terjadi korioamnionitis.  Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis.
c. Hipoksia dan Asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.
d. Sindrom Deformitas Janin
Ketuban pecah prematur yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonar.

2.4  Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Prematur
Tanda-tanda dan gejala ketuban pecah premature menurut Nugraha (2010), antara lain :
  1. Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
  2. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Biasanya agak keruh dan bercampur dengan lanugo (rambut halus pada janin) serta  mengandung verniks caseosa (lemak pada kulit bayi).
  3. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila ibu duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara.
  4. Bercak vagina banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi

2.5  Prognosis
Prognosis pada klien dengan ketuban pecah prematur sangat bervariatif. Prognosis bergantung pada maturitas paru dan ada atau tidaknya infeksi. Usia kehamilan juga merupakan faktor yang mempengaruhi prognosis, usia kehamilan <32 minggu atau lebih muda akan memperburuk prognosisnya. (POGI, 2006). Pada kebanyakan kasus masalah infeksi pada ibu tidak serius dan segera bisa diatasi dengan pemberian antibiotik serta pengosongan rahim. Prognosis pada janin tergantung pada (Oxorn, 2010) :
  1. Maturitas janin, bayi yang beratnya di bawah 2.500 g mempunyai prognosis yang lebih jelek dibanding bayi yang lebih besar.
  2. Presentasi, presentasi bokong menunjukkan prognosis jelek, khususnya kalau bayinya prematur.
  3. Infeksi intrauterin meningkatkan mortalitas janin.
  4. Semakin lama kehamilan berlangsung dengan ketuban yang pecah, semakin tinggi insidensi infeksi.

2.6 Pencegahan
a.       Obati infeksi gonokokus, klamidia, dan vaginosis bakterial
b.      Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung untuk mengurangi atau berhenti
c.       Motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil
d.      Anjurkan pasangan menghentikan koitus pada trimester akhir bila ada faktor predisposisi
e.       Panduan  mengantisipasi: Jelaskan  kepada pasien yang memiliki riwayat berikut ini saat prenatal bahwa mereka harus segera melapor bila ketuban pecah.

2.7  Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnosis ketuban pecah prematur didasarkan atas :
  1. Riwayat pengeluaran cairan dalam jumlah besar secara mendadak atau sedikit demi sedikit pervaginam.
  2. Untuk menegakkan diagnosis dapat diambil pemeriksaan :
-          Pemeriksaan lakmus yang akan berubah menjadi biru-sifat basa.  Jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7-7,5 darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.
-          Fern tes cairan amnion
-          Kemungkinan infeksi dengan memeriksa :
·         Beta streptokokus
·         Clamidia trachomatis
·         Neisseriagonorrhea
-          Pemeriksaan USG untuk mencari :
·                     Amnionic fluid index (AFI). Pada kasus KPP terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion
·                     Aktivitas janin
·                     Pengukuran BB janin
·                     Detak jantung janin
·                     Kelainan konginital atau deformatis
 c. Membuktikan ketuban pecah dengan jalan :
Aspirasi air ketuban untuk dilakukan
·                     Kultur cairan amnion
·                     Pemeriksaan interleukin 6
·                     Alfa fetoprotein
(Manuaba, 2007)

2.8    Penatalaksanaan 

Pendekatan terhadap penatalaksanaan di Parkland Hospital adalah sebagai berikut:
a.       Pada wanita yang diduga mangalami pecah ketuban, dilakukan satu kali pemeriksaan dengan speculum steril untuk mengidentifikasi cairan yang keluar dari serviks atau terkumpul di vagina. Terlihatnya cairan menunjukkan rupture membran dan biasanya dilanjutkan dengan USG untuk menginformasi oligohidramnion, mengidentifikasi bagian presentasi dan memperkirakan usia gestasi. Pemeriksaan pH vagina dengan kertas nitrazin memiliki angka positif-semu yang cukup tinggi karena adanya cemaran darah,semen aau vaginosis bacterial. Pemeriksaan secret kering servikovaginal dengan mikroskop untuk membuktikan adanya Kristal  NaCL, juga memiliki angka positif-semu yang cukup tinggi. Dilakukan upaya untuk melihat tingkat pendataran dan pembukaan servik tetapi tidak dilakukan pemeriksaan dengan jari tangan.
b.      Jika usia kehamilan 25 minggu atau lebih dan tidak ada indikasi ibu atau janin untuk pelahiran, wanita yang bersangkutan diobservasi ketat dikamar persalinan. Dilakukan pemantauan continue DJJ untuk melihat tanda-tanda penekanan tali pusat terutama jika timbul persalinan.
c.       Jika denyut jantung janin meyakinkan, dan tidak terjadi persalinan, dilakukan pengawasan ketat atas tanda-tanda persalinan, korioamnionitis atau kegawatan janin.
d.      Jika usia gestasi lebih dari 34 minggu dan jika persalinan belum dimulaisetelah evaluasi yang adekuat, dilakukan induksi persalinan dengan oksitosin intravena, kecuali jika ada kontraindikasi.
e.       Pasian diberi deksametason intramuskulus setiap 12 selama 4 ali untuk meningkatkan pematangan janin.
f.       Ampisilin dan gentamisin diberikan secara IV hingga 48 jam untuk memperlama interval masa laten dan rupture membrane hingga pelahiran. Tetapi ini tidak diulang, kecuali terdapat diagnosis korioamnionitis.
g.      Jika kemudian terjadi persalinan, pasien diberi 2 gram ampisislin IV setiap 6 jam sebelum pelahiran untuk mencegah infeksi streptokokus grup B pada neonates.
(Obstetri Williams,2001)
BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Ketuban pecah premature (PPROM/(Preterm Premature Rupture of Membranes) mendefinisikan ruptur spontan membran janin sebelum mencapai umur kehamilan 37 minggu dan sebelum onset persalinan (American College of Obstetricians dan Gynecologists, 2007). Ada beberapa hal yang menjadi penyebab pecahnya ketuban secara premature,yaitu serviks inkompeten, ketegangan yang berlebihan pada rahim, kelainan letak pada janin dalam rahim,dll. Komplikasi  yang timbul akibat ketuban pecah premature bergantung pada usia kehamilan.  Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagalnya persalinan normal. Tanda dan gejala ketuban pecah premature, antara lain cairan ketuban merembes melalui vagina, biasanya agak keruh dan bercampur dengan lanugo (rambut halus pada janin) serta  mengandung verniks caseosa (lemak pada kulit bayi), bercak vagina banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi. Prognosis pada klien dengan ketuban pecah prematur sangat bervariatif. Prognosis bergantung pada maturitas paru dan ada atau tidaknya infeksi.


3.2        Saran

Ketuban pecah prematur dapat menimbulkan kecemasan pada ibu hamil dan keluarganya sehingga bidan harus membantu ibu hamil dan keluarga dalam mengatasi kecemasan. Selain itu bidan juga harus aktif dalam penatalaksanaan ANC dengan selalu membrikan ibu vitamin C selama kehamilan. Karena menurut penelitian mengkonsumsi vitamin C selama kehamilan penting untuk pemeliharaan membran choriamniotic.






DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus Gede dkk. 2007. Pengantar kuliah obstetri, Jakarta: EGC
Nugroho, Taufan.(2010).Kasus Emergency Kebidanan.Yogyakarta: Nuha Medika.
Oxorn, Harry dkk. 2010. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medika
POGI. (2006). Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi . Jakarta: POGI.
Prawirohardjo,Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Yulaikhah, L. (2006). Kehamilan: Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.
Kenneth. (2001). Obstetri Williams Edisi 21.Jakarta:EGC


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar