MAKALAH
ASKEB PATOLOGI
“KETUBAN PECAH PREMATUR”
Disusun Oleh :
IZZATIN NIMAH
201304023
D – IV KEBIDANAN
STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T,
karena hanya dengan rahmat serta ijin-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas
Mata Kuliah Askeb
Patologi dengan judul “Ketuban
Pecah Prematur”.
Dalam penulisan dan penyusunan
tugas mata kuliah Askeb Patologi ini tidak lepas dari bantuan
dan bimbingan semua pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu
Brivian Florentis Yustanta selaku
dosen mata kuliah Askeb
Patologi
2. Rekan-rekan serta semua pihak yang telah membantu penulis
selama penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa Tugas Mata Kuliah Askeb Patologi masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena, itu segala
kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan demi
kesempurnaan tugas ini.
Semoga Tugas Mata Kuliah Askeb
Patologi dapat berguna bagi
penulis dan segala pihak khususnya bagi mahasiswa Prodi D IV Kebidanan
STIKES Karya Husada Pare Kediri.
Pare, 11 September 2015
Penyusun
DAFTAR
ISI
Halaman Judul……………………………………………………………………….
|
I
|
Kata Pengantar………………………………………………………………………
|
II
|
Daftar Isi …………………………………………………………………………..
|
III
|
Bab
1 Pendahuluan
|
|
1.1. Latar
Belakang………………………………………………………………….
|
1
|
1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………………...
|
1
|
1.3. Tujuan
Penulisan………………………………………………………………..
|
1
|
Bab
II Pembahasan
|
|
2.1 Definisi
Ketuban Pecah Prematur……………………………………………….
|
2
|
2.2 Etiologi Ketuban Pecah
Prematur……………………………………………….
|
3
|
2.3 Komplikasi Ketuban
Pecah Prematur…………………………………………...
|
4
|
2.4 Tanda dan Gejala Ketuban
Pecah Prematur……………………………………..
|
5
|
2.5 Prognosis Ketuban
Pecah Prematur……………………………………………..
|
6
|
2.6 Pencegahan Ketuban
Pecah Prematur…………………………………………...
|
6
|
2.7 Pemeriksaan Diagnostik Ketuban
Pecah Prematur……………………………..
|
7
|
2.8
Penatalaksanaan Ketuban Pecah Prematur……………………………………..
|
8
|
Bab
III Penutup
|
|
3.1
Kesimpulan……………………………………………………………………...
|
9
|
3.2
Saran …………………………………………………………………………….
|
9
|
Daftar
Pustaka……………………………………………………………………….
|
10
|
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Selaput ketuban yang
membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan korion berfungsi menghasilkan
air ketuban dan melindungi janin dari infeksi. Insidensi KPP berkisar antara 8-10% dari semua
kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi antara 6-19%.
Sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2%. Hampir semua KPP pada kehamilan preterm akan lahir sebelum
aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban
pecah. Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh
prematuritas). Oleh karena itu, penanganan segera pada ketuban pecah prematur bertujuan agar janin dan ibu bisa menjalani
proses persalinan dengan normal dan tanpa adanya komplikasi.
1.2. Rumusan
Masalah
a.
Apa pengertian ketuban pecah prematur ?
b.
Apa penyebab ketuban pecah prematur ?
c. Bagaimana komplikasi ketuban
pecah prematur?
d.
Bagaimana tanda dan gejala ketuban pecah prematur ?
e. Bagaimana prognosis ketuban pecah prematur ?
f. Bagaimana pencegahan ketuban pecah prematur ?
g.
Bagaimana pemeriksaan diagnostic ketuban pecah prematur ?
h. Bagaimana penatalaksanaan ketuban pecah prematur ?
1.3 Tujuan Penulisan
- Mengetahui
pengertian ketuban pecah prematur.
- Mengetahui
penyebab ketuban pecah prematur.
- Mengetahui
komplikasi ketuban pecah prematur.
- Mengetahui
tanda dan gejala ketuban pecah prematur.
- Mengetahui
prognosis ketuban pecah prematu.
- Mengetahui
pencegahan ketuban pecah prematur.
- Mengetahui pemeriksaan diagnostic ketuban pecah prematur.
- Mengetahui penatalaksanaan ketuban pecah prematur.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Ketuban Pecah Premature
Ketuban pecah premature
(PPROM/(Preterm Premature Rupture of Membranes) mendefinisikan ruptur
spontan membran janin sebelum mencapai umur kehamilan 37 minggu dan sebelum
onset persalinan.
(American College of Obstetricians dan Gynecologists, 2007)
Ketuban pecah dini (Premature Rupture
of Membranes/ PROM) mengacu kepada pasien yang melampaui usia
kehamilan 37 minggu dan ditampilkan dengan adanya pecah ketuban (Rupture
of Membranes/ROM) sebelum awal persalinan. Sedangkan
ketuban pecah dini preterm /PPROM) adalah pecahnya ketuban (ROM) sebelum
kehamilan 37 minggu. Dan pecah ketuban berkepanjangan adalah setiap
pecahnya ketuban yang berlangsung selama lebih dari 24 jam dan lebih dahulu
pecah pada awal persalinan.. Pecah tersebut kemungkinan memiliki berbagai
penyebab, namun banyak yang percaya infeksi intrauterin menjadi salah satu
predisposisi utama Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan
mengalami ketuban pecah prematur.
(Prawirorahardjo, 2010)
Saat masuk rumah sakit, 75% wanita yang mengalami ketuban pecah premature
sudah berada dalam persalinan, 5% byi dilahirkan karena penyulit lain, dan 10% setelah
awiatn persalinan spontan dalam 48 jam. Hanya pada 7% kelahiran dapat ditunada
48 jam atauu lebih setelah ketuban pecah (penanganan menunggu). Periode dari
rupture membrane hingga kelahiran (masa laten) berbanding tebalik dengan usia
gestasi saat membrane pecah. Karena itu semakin dini terjadi, maka semakin lama
interval masa laten sampai awitan persalinan.
( Kenneth,2009)
2.2 .
Etiologi
Etiologi pada sebagian
besar kasus tidak diketahui. Pada 20% kasus, pecahnya ketuban merupakan tanda pertama akan dimulainya
persalinan (Oxorn, 2010). Ada beberapa hal yang menjadi penyebab pecahnya ketuban secara prematur. Hal-hal tersebut
diantaranya adalah (Yulaikhah, 2006):
- Serviks inkompeten yang merupakan kondisi dimana serviks mengalami
pembukaan dan juga penipisan sebelum waktunya sehingga sehingga tidak
dapat menahan janin dalam kandungan, sehingga mengakibatkan terjadinya
kelahiran premature bahkan keguguran.
- Ketegangan yang berlebihan pada rahim, seperti
ditemui pada kehamilan ganda dan hidroamnion sehingga mengakibatkan tekanan intra uterin yang
tinggi atau meningkat secara berlebih ( overdistensi uterus).
- Kelainan letak pada janin dalam rahim, seperti
letak sungsang dan letak lintang
sehingga tdak ada bagian terndah janin yang menutupi PAP yang dapat
menghalangi tekanan terhadap membran baghian bawah.
- Keadaan yang kemungkinan disebabkan oleh
sempitnya panggul ibu, seperti perut gantung, bagian terendah belum masuk
PAP (disproporsi sefalopelvik)
- Kelainan bawaan dari selaput ketuban
- Infeksi yang menyebabkan terjadi proses
biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sel sehingga memudahkan ketuban pecah
(amnionitis/korioamnionitis)
2.3 Komplikasi
Komplikasi yang
timbul akibat ketuban pecah premature bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal
ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat,
deformitas janin, meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagalnya persalinan
normal.
(Prawirohardjo, 2010)
a. Persalinan prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh
persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan
aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan
antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26
minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
b. Infeksi
Resiko infeksi ibu dan anak meningkat . Pada ibu terjadi
korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia,
omfalitis.
c. Hipoksia dan Asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat
hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Semakin sedikit air ketuban, janin
semakin gawat.
d. Sindrom Deformitas
Janin
Ketuban pecah prematur yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat,
kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi
pulmonar.
2.4 Tanda dan Gejala
Ketuban Pecah Prematur
Tanda-tanda dan gejala
ketuban pecah premature menurut Nugraha (2010), antara lain :
- Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan
ketuban merembes melalui vagina.
- Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti
bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan
ciri pucat dan bergaris warna darah. Biasanya agak keruh dan bercampur
dengan lanugo (rambut halus pada janin) serta mengandung verniks
caseosa (lemak pada kulit bayi).
- Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena
terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila ibu duduk atau berdiri,
kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau
“menyumbat” kebocoran untuk sementara.
- Bercak vagina banyak, nyeri perut, denyut jantung
janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi
2.5
Prognosis
Prognosis pada klien dengan ketuban pecah prematur sangat bervariatif.
Prognosis bergantung pada maturitas paru dan ada atau tidaknya infeksi. Usia
kehamilan juga merupakan faktor yang mempengaruhi prognosis, usia kehamilan
<32 minggu atau lebih muda akan memperburuk prognosisnya. (POGI, 2006). Pada
kebanyakan kasus masalah infeksi pada ibu tidak serius dan segera bisa diatasi
dengan pemberian antibiotik serta pengosongan rahim. Prognosis pada janin tergantung pada (Oxorn,
2010) :
- Maturitas janin, bayi yang beratnya di bawah
2.500 g mempunyai prognosis yang lebih jelek dibanding bayi yang lebih
besar.
- Presentasi, presentasi bokong menunjukkan
prognosis jelek, khususnya kalau bayinya prematur.
- Infeksi intrauterin meningkatkan mortalitas
janin.
- Semakin lama kehamilan berlangsung dengan ketuban
yang pecah, semakin tinggi insidensi infeksi.
2.6 Pencegahan
a.
Obati infeksi gonokokus, klamidia, dan
vaginosis bakterial
b.
Diskusikan pengaruh merokok selama
kehamilan dan dukung untuk mengurangi atau berhenti
c.
Motivasi untuk menambah berat badan yang
cukup selama hamil
d.
Anjurkan pasangan menghentikan koitus pada
trimester akhir bila ada faktor predisposisi
e.
Panduan mengantisipasi: Jelaskan
kepada pasien yang memiliki riwayat berikut ini saat prenatal bahwa
mereka harus segera melapor bila ketuban pecah.
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnosis
ketuban pecah prematur didasarkan atas :
- Riwayat pengeluaran cairan dalam jumlah besar
secara mendadak atau sedikit demi sedikit pervaginam.
- Untuk menegakkan diagnosis dapat diambil
pemeriksaan :
-
Pemeriksaan lakmus yang akan berubah menjadi
biru-sifat basa. Jika kertas lakmus merah berubah menjadi
biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7-7,5 darah dan
infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.
-
Fern tes cairan amnion
-
Kemungkinan infeksi dengan memeriksa :
·
Beta streptokokus
·
Clamidia trachomatis
·
Neisseriagonorrhea
-
Pemeriksaan USG untuk mencari :
·
Amnionic fluid index (AFI). Pada kasus KPP terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi
kesalahan pada penderita oligohidramnion
·
Aktivitas janin
·
Pengukuran BB janin
·
Detak jantung janin
·
Kelainan konginital atau deformatis
c. Membuktikan ketuban pecah dengan jalan :
- Aspirasi air ketuban untuk dilakukan
·
Kultur cairan amnion
·
Pemeriksaan interleukin 6
·
Alfa fetoprotein
(Manuaba, 2007)
2.8 Penatalaksanaan
Pendekatan terhadap
penatalaksanaan di Parkland Hospital adalah sebagai berikut:
a.
Pada wanita
yang diduga mangalami pecah ketuban, dilakukan satu kali pemeriksaan dengan
speculum steril untuk mengidentifikasi cairan yang keluar dari serviks atau
terkumpul di vagina. Terlihatnya cairan menunjukkan rupture membran dan
biasanya dilanjutkan dengan USG untuk menginformasi oligohidramnion,
mengidentifikasi bagian presentasi dan memperkirakan usia gestasi. Pemeriksaan
pH vagina dengan kertas nitrazin memiliki angka positif-semu yang cukup tinggi
karena adanya cemaran darah,semen aau vaginosis bacterial. Pemeriksaan secret
kering servikovaginal dengan mikroskop untuk membuktikan adanya Kristal NaCL, juga memiliki angka positif-semu yang
cukup tinggi. Dilakukan upaya untuk melihat tingkat pendataran dan pembukaan
servik tetapi tidak dilakukan pemeriksaan dengan jari tangan.
b.
Jika usia kehamilan
25 minggu atau lebih dan tidak ada indikasi ibu atau janin untuk pelahiran,
wanita yang bersangkutan diobservasi ketat dikamar persalinan. Dilakukan
pemantauan continue DJJ untuk melihat tanda-tanda penekanan tali pusat terutama
jika timbul persalinan.
c.
Jika denyut
jantung janin meyakinkan, dan tidak terjadi persalinan, dilakukan pengawasan
ketat atas tanda-tanda persalinan, korioamnionitis atau kegawatan janin.
d.
Jika usia
gestasi lebih dari 34 minggu dan jika persalinan belum dimulaisetelah evaluasi
yang adekuat, dilakukan induksi persalinan dengan oksitosin intravena, kecuali
jika ada kontraindikasi.
e.
Pasian
diberi deksametason intramuskulus setiap 12 selama 4 ali untuk meningkatkan
pematangan janin.
f.
Ampisilin
dan gentamisin diberikan secara IV hingga 48 jam untuk memperlama interval masa
laten dan rupture membrane hingga pelahiran. Tetapi ini tidak diulang, kecuali
terdapat diagnosis korioamnionitis.
g.
Jika
kemudian terjadi persalinan, pasien diberi 2 gram ampisislin IV setiap 6 jam
sebelum pelahiran untuk mencegah infeksi streptokokus grup B pada neonates.
(Obstetri
Williams,2001)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ketuban pecah premature
(PPROM/(Preterm Premature Rupture of Membranes) mendefinisikan ruptur
spontan membran janin sebelum mencapai umur kehamilan 37 minggu dan sebelum
onset persalinan (American College of Obstetricians dan Gynecologists,
2007). Ada beberapa hal yang menjadi penyebab pecahnya ketuban secara premature,yaitu serviks inkompeten, ketegangan yang berlebihan pada rahim, kelainan letak pada janin dalam rahim,dll. Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah premature bergantung pada usia
kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan
prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya
insiden seksio sesarea, atau gagalnya persalinan normal. Tanda dan gejala ketuban pecah premature, antara lain cairan
ketuban merembes melalui vagina, biasanya agak keruh dan bercampur dengan lanugo (rambut halus pada janin)
serta mengandung verniks caseosa (lemak pada kulit bayi), bercak vagina banyak, nyeri perut, denyut
jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi. Prognosis pada klien dengan ketuban pecah prematur sangat bervariatif.
Prognosis bergantung pada maturitas paru dan ada atau tidaknya infeksi.
3.2
Saran
Ketuban
pecah prematur dapat menimbulkan kecemasan pada ibu hamil dan keluarganya
sehingga bidan harus membantu ibu hamil dan keluarga dalam mengatasi kecemasan.
Selain itu bidan juga harus aktif dalam penatalaksanaan ANC dengan selalu
membrikan ibu vitamin C selama kehamilan. Karena menurut penelitian
mengkonsumsi vitamin C selama kehamilan penting untuk pemeliharaan membran
choriamniotic.
DAFTAR
PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gede dkk. 2007. Pengantar kuliah obstetri,
Jakarta: EGC
Nugroho, Taufan.(2010).Kasus Emergency Kebidanan.Yogyakarta: Nuha
Medika.
Oxorn, Harry dkk. 2010. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta : Yayasan
Essentia Medika
POGI. (2006). Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi . Jakarta:
POGI.
Prawirohardjo,Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina
Pustaka
Yulaikhah, L. (2006). Kehamilan: Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta:
EGC.
Kenneth. (2001). Obstetri
Williams Edisi 21.Jakarta:EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar