Coitus Interuptus
Dosen Pembimbing :
Siti Asiyah SSiT,M.Kes
Disusun Oleh
IZZATIN NIMAH
201304023
D
IV BIDAN PENDIDIK
STIKES
KARYA HUSADA PARE-KEDIRI
2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T,
karena hanya dengan rahmat serta ijin-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Asuhan KB dengan judul“Coitus
Interuptus”. Dalam penulisan dan penyusunan tugas mata kuliah Asuhan KB ini tidak lepas dari bantuan dan
bimbingan semua pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1.
Siti Asiyah,SSiT,M.Kes selaku
dosen mata kuliah Asuhan Kehamilan
2.
Rekan-rekan serta semua pihak yang telah membantu penulis
selama penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa Tugas Mata Kuliah Asuhan KB masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena, itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun
senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan tugas ini.
Semoga tugas mata kuliah Asuhan KB ini dapat berguna bagi penulis dan segala pihak khususnya bagi
mahasiswa Prodi D IV Bidan Pendidik STIKES Karya Husada Pare Kediri.
Pare, 26 Maret 2015
Penul
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………..................
|
i
|
KATA
PENGANTAR……………………………………………………...………
|
ii
|
DAFTAR
ISI……………………………………………………...…………….….
|
iii
|
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang………………………………………………………........
1.2
.Rumusan Masalah…………………………………………...……….......
1.3
Tujuan Penulisan
………………………………………………………..
1.4 Manfaat Penulisan……………………………………………………….
|
1
1
1
2
|
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Definisi…………………………………………………………………..
2.2
Indikasi…………………………………………………………………..
2.3
Kontra indikasi…………………………………………………………..
2.4
Manfaat………………………………………………………………….
2.5
Keterbatasan……………………………………………………………..
2.6
Efektivitas…………………………………………………………………
2.7
Cara Kerja………………………………………………………………..
|
3
3
5
5
6
7
7
|
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan………………………………………………………………..
3.2
Saran………………………………………………………………….…...
|
9
9
|
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………..
|
10
|
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Berdasarkan sensus penduduk Indonesia tahun 1971, jumlah
penduduk Indonesia saat itu 120 juta jiwa.Dalam kurang lebih 30 tahun, penduduk
Indonesia bertambah 70% (sensus 2000, jumlah penduduk Indonesia 206 juta
jiwa).Sedangkan program KB sudah dikenal sejak tahun 1970.Dari mulai tahun 2000
sampai sekarang angka penduduk Indonesia bertambah hampir 40 juta jiwa.Hal ini
dapat dikatakan hampir 30% dari angka di tahun 1971.Dari hal ini dapat dilihat
bahwa trend KB merosot dalam dekade ini (Xixi, 2009).
Coitus Interuptus (senggama terputus) merupakan
salah satu usaha kontrasepsi yang paling tua. Cara ini banyak digunakan di
Benua Eropa pada abad ke-18 dan memegang
peranan penting dalam pembatasan penduduk. Kira-kira 50 % dari suami istri
mempergunakan pada waktu itu. Pada pertengahan abad ini masih juga dipergunakan
di Jamaika 60%, Puerto Rico 54% dan Ungaria 67%.
Walaupun cara ini tentu ada kegagalannya namun tidak kalah
hasilnya dengan pasangan
yang menggunakan kondom dan diafragma. Cara ini tentu memerlukan kerja sama yang baik dengan pasangan . Survey
demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2002-2003 menunjukkan bahwa penggunaan
cara KB dan mencegah kehamilan dengan senggama terputus cukup banyak mencapai
1,5%.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian coitus interuptus?
2. Apa indikasi dan kontra indikasi dari
kontrasepsi coitus interuptus?
3. Apa manfaat dan keterbatasan kontrasepsi coitus interuptus?
4. Bagaimana efektivitas dan cara kerja dari
kontrasepsi cotus interuptus?
1.3 Tujuan
Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian coitus
interuptus.
2. Untuk mengetahui indikasi dan kontra indikasi dari kontrasepsi
coitus interuptus
3. Untuk mengetahui manfaat dan
keterbatasan kontrasepsi coitus
interuptus
4. Untuk mengetahui efektivitas dan
cara kerja dari kontrasepsi cotus interuptus
1.4 Manfaat penulisan
Adapun manfaat penulisan dari
makalah ini yaitu baik penulis maupun pembaca dapat mengetahui tentang apa itu metode kontrasepsi sederhana dengan
cara coitus interuptus, indikasi maupun kontra indikasi, manfaat dan
keterbatasannya, efektifitas dan cara kerja dari metode tersebut sehingga dapat
diterapkan dan angka kegagalan semakin menurun
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Coitus
Interuptus
Coitus Interuptus (metode withdrawal/senggama terputus)
adalah suatu metode kontrasepsi di mana
senggama di akhiri sebelum terjadi ejakulasi intra vaginal. Ejakulasi terjadi
jauh dari genetalia eksterna wanita, (Keluarga Berencana dan
Kontrasepsi:58;2004).
Nama lain dari coitus interuptus adalah senggama terputus atau ekspulsi pra ejakulasi atau pancaran ekstra vaginal atau withdrawal
methods atau pull-out method. Dalam bahasa latin disebut juga
interrupted intercourse. Metode Withdrawal adalah metode
kontrasepsi dimana senggama diakhiri sebelum terjadi ejakulasi intravaginal.
Ejakulasi terjadi jauh dari genetalia eksterna wanita.(
Everett S. Buku
Saku Kontrasepsi & Kesehatan Seksual Reproduktif, Hal : 37)
Coitus Interuptus adalah saat pria menarik penisnya dari
vagina sebelum ejakulasi selama coitus.
Sebutan Coitus Interuptus jarang digunakan oleh pria dan wanita. Istilah ini
biasanya disebut penarikan meskipun ada
kata lain yang lebih halus, seperti “berhati-hati” atau
“ia(laki-laki)berhati-hati melakukanya”
Coitus interuptus atau senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional/alamiah, di mana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum mencapai ejakulasi. . (Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi:MK-14;2003
Coitus Interuptus merupakan metode
di mana pria menarik penisnya sebelum ejakulasi diluar vagina wanita. (Buku
Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduktif:57;2008)
2.2
Indikasi
Sebelum memutuskan untuk melakukan metode kontrasepsi coitus
interuptus, hendaknya pasangan memperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Suami yang ingin berpartisipasi
aktif dalam keluarga berencana.
Kegiatan KB tidak hanya dapat
dilakukan oleh perempuan saja. Laki-laki juga dapat berperan dengan
menggunakan metode senggama terputus, apabila suami tidakmengizinkan istrinya untuk ber-KB maka suami dapat
melakukan KB dengan cara senggama terputus.
b. Pasangan yang taat beragama atau mempunyai alasan filosofi untuk tidak memakai
metode-metode lain.
Masih banyak masyarakat Indonesia
yang berpendapat dan berpikiran bahwa
banyak anak banyak rezeki atau karena
alasan agama maka banyak pasangan yang
tidak menginginkan menggunakan KB dalam bentuk alat. Untuk itu, metode senggama
terputus menjadi salah satu solusi agar
pasangan tersebut tidak memiliki
banyak anak dalam waktu yang berdekatan
dan dalam jumlah yang banyak.
c. Pasangan yang memerlukan kontrasepsi
segera
d. Pasangan yang memerlukan metode
sementara, sambil menunggu metode yang lain
Banyak pasangan suami istri yang
ragu untuk melakukan KB karena berbagai alasan , salah satunya belum menemukan
KB yang cocok karena setiap KB memiliki efek samping masing-masing. Sehingga
untuk mencegah terjadinya kehamilan,
metode ini dapat dilakukan asal tidak ada kontraindikasi yang menyertai.
e. Pasangan yang melakukan hubungan
seksual tidak teratur
Tidak semua pasangan dapat selalu tinggal bersama dalam satu
atap. Ada kalanya mereka harus berpisah karena alasan pekerjaan, sehingga
intensitas untuk bertemu menjadi jarang dan tidak menentu. Maka metode ini dapa
digunakan apabila tidak mau menggunakanalat kontrasepsi karena alasan jarang
tinggal satu atap dengan suaminya sehingga tidak teratur dalam melakukan
hubungan seksual.
f. Suami yang tidak mempunyai masalah
dengan interupsi pra orgasmik.
Interupsi pra orgasmic merupakan penghentian berhubungan
seksual sebelum orgasme.
2.3 Kontra Indikasi
Klien atau akseptor yang menggunakan metode kontrasepsi coitus interuptus tidak memerlukan anamnesis atau pemeriksaan khusus, tetapi diberikan penjelasan
atau KIE baik lisan maupun tertulis. Kondisi yang perlu dipertimbangkan bagi
pengguna kontrasepsi ini adalah:
a. Suami dengan pengalaman ejakulasi
dini
Sebaiknya untuk pasangan yang memiliki suami dengan
pengalaman ejakulasi dini tidak melakukan kontrasepsi alamiah ini karena
dikhawatirkan tingkat kegagalannya tinggi.
b. Suami yang sulit melakukan senggama
terputus.
Tidak semua laki-laki mampu melakukan senggama terputus
karena alasan menggangu kenikmatan.
c. Suami yang memilki kelainan fisik
atau psikologis
d. Pasangan yang kurang dapat berkomunikasi sehingga sulit bekerja sama
Dalam metode senggama terputus dibutuhkan komunikasi yang baik dengan pasangan sehingga akan mudah
bekerja sama untuk saling mengingatkan selama melakukan hubungan seksual agar
segera melepas penis sebelum terjadi ejakulasi sehingga tidak terjadi
kehamilan.
e. Pasangan yang tidak bersedia melakukan
senggama terputus
f. Suami yang tidak dapat mengontrol
interupsi pra orgasmik.
1. Alamiah.
Metode ini merupakan metode alami
tanpa alat sehingga tidak akan terjadi efek samping seperti iritasi ataupun
infeksi, namun bila terjadi kegagalan dapat terjadi kehamilan.
2. Efektif bila dilakukan dengan benar.
4. Tidak ada efek samping
5. Tidak membutuhkan biaya dan alat
6. Tidak memerlukan persiapan khusus.
8. Dapat digunakan setiap waktu.
3. Tanggung jawab bersama dalam ber-KB.
(Saifuddin, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Bagian Kedua MK 15- MK 16).
2.5
Keterbatasan
a. Sangat tergantung dari pihak pria dalam mengontrol ejakulasi dan tumpahan sperma selama senggama.
c. Tidak melindungi terhadap HIV dan
penyakit menular lainya
Kurang
efektif untuk mencegah kehamilan,angka kegagalan cukup tinggi dengan 16-23
kehamilan per 100 wanita per tahun. Factor-faktor yang menyebabkan angka
kegagalan adalah adanya cairan pra ejakulasi yang dapat keluar setiap saat dan
setiap tetes sudah mengandung berjuta-juta spermatozoa, kurangnya kontrol dari pria, yang
pada metode ini justru penting, kenikmatan seksual berkurang bagi suami istri, sehingga
dapat mempengaruhi kehidupan perkawinan. (Saifuddin, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Bagian Kedua MK 15- MK 16)
2.6 Efektivitas
Efektifitas Coitus Interuptus bervariasi, tetapi pada
penggunaan yang cermat dan konsisten, metode ini dapat mencapai efektifitas
sampai 96% untuk mencegah kehamilan. Namun, angka tersebut dapat menurun sampai
81% pada pencegahan yang kurang cermat dan kurang
komitmen(Clubb&Knight,1996). Alasan lain kegagalan metode ini adalah adanya
sperma sebelum ejakulasi.
Metode coitus interuptus akan efektif apabila dilakukan
dengan benar dan konsisten. Angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
Pasangan yang mempunyai pengendalian diri yang besar, pengalaman dan
kepercayaan dapat menggunakan metode ini menjadi lebih efektif. (Saifuddin, Buku
Panduana Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Bagian Kedua MK 15- MK 16).
2.7
Cara Kerja
Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina, maka tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum, dan kehamilan dapat dicegah. Ejakulasi di luar vagina untuk mengurangi kemungkinan air mani mencapai rahim. (Saifuddin, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Bagian Kedua MK 15- MK 16).
- Sebelum
melakukan hubungan
seksual, pasangan harus saling membangun kerjasama dan pengertian terlebih dahulu. Keduanya
harus mendiskusikan dan sepakat untuk menggunakan metode senggama terputus.
- Sebelum
melakukan hubungan
seksual, suami harus mengosongkan kandung kemih dan membersihkan ujung penis untuk menghilangkan sperma dari ejakulasi sebelumnya.
- Apabila
merasa akan ejakulasi, suami segera mengeluarkan
penisnya dari vagina pasangannya dan mengeluarkan sperma di luar vagina.
- Pastikan
tidak ada tumpahan sperma selama senggama.
- Pastikan
suami tidak terlambat melaksanakannya.
- Senggama dianjurkan tidak dilakukan
pada masa subur.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Coitus Interuptus (metode withdrawal/senggama terputus)
adalah suatu metode kontrasepsi di mana
senggama di akhiri sebelum terjadi ejakulasi intra vaginal. Ejakulasi terjadi
jauh dari genetalia eksterna wanita. Sebelum memutuskan untuk melakukan metode
kontrasepsi coitus interuptus, hendaknya pasangan memperhatikan indikasi dan
kontra indikasi dari metode ini. Klien atau akseptor yang menggunakan metode kontrasepsi coitus interuptus tidak memerlukan anamnesis atau pemeriksaan khusus, tetapi diberikan penjelasan
atau KIE baik lisan maupun tertulis. Coitus interuptus memberikan manfaat baik secara kontrasepsi maupun non kontrasepsi. Metode coitus interuptus ini mempunyai keterbatasan namun akan
efektif apabila dilakukan dengan benar dan konsisten. Angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
3.2 Saran
-
Petugas Kesehatan
Sebaiknya
petugas kesehatan tetap memberikan saran untuk menggunakan kontrasepsi alat
disamping menjelaskan metode ini, karean angka kegagalan dari banyak factor
dapat terjadi
-
Pasangan suami istri
Sebaiknya
sebelum melakukan metode kontrasepsi senggama terputus diharapkan suami maupun
istri tidak memiliki kontra indikasi yang dapat mempengaruhi keberhasilan
metode ini, sehingga metode yang dilakukan dapat bekerja optimal dan segera
memutuskan untuk menggunakan kontrasepsi berupa alat agar lebih meningkatkan
efektifitas KB.
DAFTAR
PUSTAKA
Delvin, D. 2008. Coitus Interruptus (Withdrawal Methods)..
Everett S, 2005. Buku Saku Kontrasepsi & Kesehatan Seksual Reproduktif. EGC:Jakarta
Everett S, 2005. Buku Saku Kontrasepsi & Kesehatan Seksual Reproduktif. EGC:Jakarta
Saifuddin, BA. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
(Bagian Kedua MK 15- MK 16).
Manuaba, IB. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan
Keluarga Berencana.EGC : Jakarta
Everett
S, 2005. Buku Saku Kontrasepsi &
Kesehatan Seksual Reproduktif. EGC:Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar