ORANG SABAR DI SAYANG TUHAN

ORANG SABAR DI SAYANG TUHAN
ORANG SABAR DI SAYANG TUHAN

Kamis, 29 September 2016

MAKALAH Coitus Interuptus

MAKALAH
Coitus Interuptus



Dosen Pembimbing :
Siti Asiyah SSiT,M.Kes

Disusun Oleh 
IZZATIN NIMAH 
201304023

D IV BIDAN PENDIDIK
STIKES KARYA HUSADA PARE-KEDIRI
2014/2015


KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T, karena hanya dengan rahmat serta ijin-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Asuhan KB dengan judul“Coitus Interuptus”. Dalam penulisan dan penyusunan tugas mata kuliah Asuhan KB ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan semua pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1.      Siti Asiyah,SSiT,M.Kes selaku dosen mata kuliah Asuhan Kehamilan
2.      Rekan-rekan serta semua pihak yang telah membantu penulis selama penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa Tugas Mata Kuliah Asuhan KB  masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena, itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan tugas ini.
Semoga tugas mata kuliah Asuhan KB ini dapat berguna bagi penulis dan segala pihak khususnya bagi mahasiswa Prodi D IV Bidan Pendidik STIKES Karya Husada Pare Kediri.

Pare, 26 Maret  2015

    Penul

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………..................
i
KATA PENGANTAR……………………………………………………...………
ii
DAFTAR ISI……………………………………………………...…………….….
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang………………………………………………………........
1.2 .Rumusan Masalah…………………………………………...……….......
1.3 Tujuan Penulisan  ………………………………………………………..
1.4  Manfaat Penulisan……………………………………………………….

1
1
1
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi…………………………………………………………………..
2.2 Indikasi…………………………………………………………………..
2.3 Kontra indikasi…………………………………………………………..
2.4 Manfaat………………………………………………………………….
2.5 Keterbatasan……………………………………………………………..
2.6 Efektivitas…………………………………………………………………
2.7 Cara Kerja………………………………………………………………..

3
3
5
5
6
7
7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………..
3.2 Saran………………………………………………………………….…...

9
9
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..
10



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Berdasarkan sensus penduduk Indonesia tahun 1971, jumlah penduduk Indonesia saat itu 120 juta jiwa.Dalam kurang lebih 30 tahun, penduduk Indonesia bertambah 70% (sensus 2000, jumlah penduduk Indonesia 206 juta jiwa).Sedangkan program KB sudah dikenal sejak tahun 1970.Dari mulai tahun 2000 sampai sekarang angka penduduk Indonesia bertambah hampir 40 juta jiwa.Hal ini dapat dikatakan hampir 30% dari angka di tahun 1971.Dari hal ini dapat dilihat bahwa trend KB merosot dalam dekade ini (Xixi, 2009).
Coitus Interuptus (senggama terputus) merupakan salah satu usaha kontrasepsi yang paling tua. Cara ini banyak digunakan di Benua Eropa pada abad  ke-18 dan memegang peranan penting dalam  pembatasan  penduduk. Kira-kira 50 % dari suami istri mempergunakan pada waktu itu. Pada pertengahan abad ini masih juga dipergunakan di Jamaika 60%, Puerto Rico 54% dan Ungaria 67%.
Walaupun cara ini tentu ada kegagalannya namun  tidak kalah  hasilnya dengan  pasangan yang  menggunakan  kondom dan diafragma.  Cara ini tentu memerlukan  kerja sama yang baik dengan pasangan . Survey demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2002-2003 menunjukkan bahwa penggunaan cara KB dan mencegah kehamilan dengan senggama terputus cukup banyak mencapai 1,5%.

1.2 Rumusan Masalah
            1.  Apa pengertian coitus interuptus?
            2.  Apa indikasi dan kontra indikasi dari kontrasepsi coitus interuptus?
            3.  Apa manfaat dan keterbatasan  kontrasepsi coitus interuptus?
            4.  Bagaimana efektivitas dan cara kerja dari kontrasepsi cotus interuptus?
1.3 Tujuan  Penulisan
            1. Untuk mengetahui pengertian coitus interuptus.
            2. Untuk mengetahui  indikasi dan kontra indikasi dari kontrasepsi coitus interuptus
            3. Untuk mengetahui manfaat dan keterbatasan  kontrasepsi coitus interuptus
            4. Untuk mengetahui efektivitas dan cara kerja dari kontrasepsi cotus interuptus

1.4 Manfaat penulisan
            Adapun manfaat penulisan dari makalah ini yaitu baik penulis maupun pembaca dapat mengetahui tentang  apa itu metode kontrasepsi sederhana dengan cara coitus interuptus, indikasi maupun kontra indikasi, manfaat dan keterbatasannya, efektifitas dan cara kerja dari metode tersebut sehingga dapat diterapkan dan angka kegagalan semakin menurun












BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Coitus Interuptus
Coitus Interuptus (metode withdrawal/senggama terputus) adalah suatu  metode kontrasepsi di mana senggama di akhiri sebelum terjadi ejakulasi intra vaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari genetalia eksterna wanita, (Keluarga Berencana dan Kontrasepsi:58;2004).
Nama lain dari coitus interuptus adalah senggama terputus atau ekspulsi pra ejakulasi atau pancaran ekstra vaginal atau withdrawal methods atau pull-out method. Dalam bahasa latin disebut juga interrupted intercourse. Metode Withdrawal adalah metode kontrasepsi dimana senggama diakhiri sebelum terjadi ejakulasi intravaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari genetalia eksterna wanita.( Everett S. Buku Saku Kontrasepsi & Kesehatan Seksual Reproduktif, Hal : 37)
Coitus Interuptus adalah saat pria menarik penisnya dari vagina sebelum  ejakulasi selama coitus. Sebutan Coitus Interuptus jarang digunakan oleh pria dan wanita. Istilah ini biasanya disebut penarikan  meskipun ada kata lain yang lebih halus, seperti “berhati-hati” atau “ia(laki-laki)berhati-hati melakukanya”

            Coitus interuptus atau senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional/alamiah, di mana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum mencapai ejakulasi. . (Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi:MK-14;2003

Coitus Interuptus merupakan metode di mana pria menarik penisnya sebelum ejakulasi diluar vagina wanita. (Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduktif:57;2008)

2.2 Indikasi
Sebelum memutuskan untuk melakukan metode kontrasepsi coitus interuptus, hendaknya pasangan memperhatikan hal-hal berikut ini:
a.    Suami yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana.
Kegiatan KB tidak hanya dapat dilakukan oleh perempuan  saja.  Laki-laki juga dapat berperan dengan menggunakan metode senggama terputus, apabila suami tidakmengizinkan  istrinya untuk ber-KB maka suami dapat melakukan KB dengan cara senggama terputus.
b.    Pasangan yang taat beragama atau  mempunyai alasan filosofi untuk tidak memakai metode-metode lain.
Masih banyak masyarakat Indonesia yang berpendapat dan berpikiran  bahwa banyak anak banyak rezeki atau  karena alasan agama maka banyak pasangan  yang tidak menginginkan menggunakan KB dalam bentuk alat. Untuk itu, metode senggama terputus menjadi salah  satu  solusi agar  pasangan  tersebut tidak memiliki banyak anak dalam  waktu yang berdekatan dan dalam jumlah yang banyak.
c.    Pasangan yang memerlukan kontrasepsi segera
d.   Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil menunggu metode yang lain
Banyak pasangan suami istri yang ragu untuk melakukan KB karena berbagai alasan , salah satunya belum menemukan KB yang cocok karena setiap KB memiliki efek samping masing-masing. Sehingga untuk mencegah  terjadinya kehamilan, metode ini dapat dilakukan asal tidak ada kontraindikasi yang menyertai.
e.    Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur
Tidak semua pasangan dapat selalu tinggal bersama dalam satu atap. Ada kalanya mereka harus berpisah karena alasan pekerjaan, sehingga intensitas untuk bertemu menjadi jarang dan tidak menentu. Maka metode ini dapa digunakan apabila tidak mau menggunakanalat kontrasepsi karena alasan jarang tinggal satu atap dengan suaminya sehingga tidak teratur dalam melakukan hubungan seksual.
f.     Suami yang tidak mempunyai masalah dengan interupsi pra orgasmik.
Interupsi pra orgasmic merupakan penghentian berhubungan seksual sebelum orgasme.
g.    Pasangan yang tidak mau metode kontrasepsi lain.
h.    Menyukai senggama yang dapat dilakukan kapan saja/tanpa rencana.

2.3 Kontra Indikasi
            Klien atau akseptor yang menggunakan metode kontrasepsi coitus interuptus tidak memerlukan anamnesis atau pemeriksaan khusus, tetapi diberikan penjelasan atau KIE baik lisan maupun tertulis. Kondisi yang perlu dipertimbangkan bagi pengguna kontrasepsi ini adalah:
a.    Suami dengan pengalaman ejakulasi dini
Sebaiknya untuk pasangan yang memiliki suami dengan pengalaman ejakulasi dini tidak melakukan kontrasepsi alamiah ini karena dikhawatirkan tingkat kegagalannya tinggi.
b.    Suami yang sulit melakukan senggama terputus.
Tidak semua laki-laki mampu melakukan senggama terputus karena alasan menggangu kenikmatan.
c.    Suami yang memilki kelainan fisik atau psikologis
d.   Pasangan  yang kurang dapat berkomunikasi sehingga  sulit bekerja sama
Dalam metode senggama terputus dibutuhkan komunikasi  yang baik dengan pasangan sehingga akan mudah bekerja sama untuk saling mengingatkan selama melakukan hubungan seksual agar segera melepas penis sebelum terjadi ejakulasi sehingga tidak terjadi kehamilan.
e.    Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus
f.     Suami yang tidak dapat mengontrol interupsi pra orgasmik.
(Saifuddin, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Bagian Kedua MK 15- MK 16).

2.4 Manfaat
Coitus interuptus memberikan manfaat baik secara kontrasepsi maupun non kontrasepsi.
1.    Alamiah.
Metode ini merupakan metode alami tanpa alat sehingga tidak akan terjadi efek samping seperti iritasi ataupun infeksi, namun bila terjadi kegagalan dapat terjadi kehamilan.
2.    Efektif bila dilakukan dengan benar.
3.    Tidak mengganggu produksi ASI.
4.    Tidak ada efek samping
5.    Tidak membutuhkan biaya dan alat
6.    Tidak memerlukan persiapan khusus.
7.    Dapat dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
8.    Dapat digunakan setiap waktu.
1.    Adanya peran serta suami dalam keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.
2.    Menanamkan sifat saling pengertian.
3.    Tanggung jawab bersama dalam ber-KB.     (Saifuddin, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Bagian Kedua MK 15- MK 16).

2.5 Keterbatasan
Metode coitus interuptus ini mempunyai keterbatasan, antara lain:
a.     Sangat tergantung dari pihak pria dalam mengontrol ejakulasi dan tumpahan sperma selama senggama.
b.    Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual (orgasme).
c.     Tidak melindungi terhadap HIV dan penyakit menular lainya
d.    Sulit mengontrol tumpahan sperma selama penetrasi, sesaat dan setelah interupsi coitus.
Kurang efektif untuk mencegah kehamilan,angka kegagalan cukup tinggi dengan 16-23 kehamilan per 100 wanita per tahun. Factor-faktor yang menyebabkan angka kegagalan adalah adanya cairan pra ejakulasi yang dapat keluar setiap saat dan setiap tetes sudah mengandung berjuta-juta spermatozoa, kurangnya kontrol dari pria, yang pada metode ini justru penting, kenikmatan seksual berkurang bagi suami istri, sehingga dapat mempengaruhi kehidupan perkawinan. (Saifuddin, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Bagian Kedua MK 15- MK 16)

2.6 Efektivitas
Efektifitas Coitus Interuptus bervariasi, tetapi pada penggunaan yang cermat dan konsisten, metode ini dapat mencapai efektifitas sampai 96% untuk mencegah kehamilan. Namun, angka tersebut dapat menurun sampai 81% pada pencegahan yang kurang cermat dan kurang komitmen(Clubb&Knight,1996). Alasan lain kegagalan metode ini adalah adanya sperma sebelum ejakulasi.
Metode coitus interuptus akan efektif apabila dilakukan dengan benar dan konsisten. Angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun. Pasangan yang mempunyai pengendalian diri yang besar, pengalaman dan kepercayaan dapat menggunakan metode ini menjadi lebih efektif. (Saifuddin, Buku Panduana Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Bagian Kedua MK 15- MK 16).

2.7 Cara Kerja
Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina, maka tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum, dan kehamilan dapat dicegah. Ejakulasi di luar vagina untuk mengurangi kemungkinan air mani mencapai rahim.  (Saifuddin, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Bagian Kedua MK 15- MK 16).
  1. Sebelum melakukan hubungan seksual, pasangan harus saling membangun kerjasama dan pengertian terlebih dahulu. Keduanya harus mendiskusikan dan sepakat untuk menggunakan metode senggama terputus.
  2. Sebelum melakukan hubungan seksual, suami harus mengosongkan kandung kemih dan membersihkan ujung penis untuk menghilangkan sperma dari ejakulasi sebelumnya.
  3. Apabila merasa akan ejakulasi, suami segera mengeluarkan penisnya dari vagina pasangannya dan mengeluarkan sperma di luar vagina.
  4. Pastikan tidak ada tumpahan sperma selama senggama.
  5. Pastikan suami tidak terlambat melaksanakannya.
  6. Senggama dianjurkan tidak dilakukan pada masa subur.



           







BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Coitus Interuptus (metode withdrawal/senggama terputus) adalah suatu  metode kontrasepsi di mana senggama di akhiri sebelum terjadi ejakulasi intra vaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari genetalia eksterna wanita. Sebelum memutuskan untuk melakukan metode kontrasepsi coitus interuptus, hendaknya pasangan memperhatikan indikasi dan kontra indikasi dari metode ini. Klien atau akseptor yang menggunakan metode kontrasepsi coitus interuptus tidak memerlukan anamnesis atau pemeriksaan khusus, tetapi diberikan penjelasan atau KIE baik lisan maupun tertulis. Coitus interuptus memberikan manfaat baik secara kontrasepsi maupun non kontrasepsi. Metode coitus interuptus ini mempunyai keterbatasan namun akan efektif apabila dilakukan dengan benar dan konsisten. Angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun.

3.2 Saran
-        Petugas Kesehatan
Sebaiknya petugas kesehatan tetap memberikan saran untuk menggunakan kontrasepsi alat disamping menjelaskan metode ini, karean angka kegagalan dari banyak factor dapat terjadi
-        Pasangan suami istri   
Sebaiknya sebelum melakukan metode kontrasepsi senggama terputus diharapkan suami maupun istri tidak memiliki kontra indikasi yang dapat mempengaruhi keberhasilan metode ini, sehingga metode yang dilakukan dapat bekerja optimal dan segera memutuskan untuk menggunakan kontrasepsi berupa alat agar lebih meningkatkan efektifitas KB.


DAFTAR PUSTAKA

Delvin, D. 2008. Coitus Interruptus (Withdrawal Methods)..
Everett S, 2005. Buku Saku Kontrasepsi & Kesehatan Seksual Reproduktif. EGC:Jakarta
Saifuddin, BA. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. (Bagian Kedua MK 15- MK 16).
Manuaba, IB. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana.EGC : Jakarta

Everett S, 2005. Buku Saku Kontrasepsi & Kesehatan Seksual Reproduktif. EGC:Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar