MUNTAH
DAN GUMOH PADA NEONATUS
Oleh :
Izzatin
nimah
201304023
PRODI D
IV BIDAN
STIKES
KARYA HUSADA KEDIRI
TAHUN
AJARAN 2014-2015
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang
Rumusan masalah
Tujuan
BAB II PEMBAHASAN TEORI
Definisi muntah dan gumoh pada bayi
Penyebab muntah dan gumoh pada
Ciri-ciri antara muntah dan gumoh pada bayi
Cara menghindari dan menangani bati muntah dan gumoh
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita
panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas ini dapat
diselesaikan.
Tugas ini disusun
untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Asuhan Neonatus, Bayi dan
Balita dengan judul “Masalah Muntah dan Gumoh pada Neonarus dan Bayi” di
Stikes Karya Husada Kediri Terima kasih disampaikan kepada Bapak/Ibu dosen
pengampu mata kuliah Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita yang telah membimbing dan
memberikan kuliah demi lancarnya tugas ini.
Demikianlah tugas ini
disusun semoga bermanfaat, agar dapat memenuhi tugas mata kuliah Asuhan
Neonatus, Bayi dan Balita.
Kediri 13 Desember 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Masa neonatal dini atau bayi baru
lahir adalah dimulai dari usia 0-7 hari (Sritanti 2005). Regurgitasi merupakan
keadaan normal yang sering terjadi pada bayi dengan usia dibawah 6 bulan. Seiring
dengan bertambahnya usia, yaitu sampai usia diatas 6 bulan, maka regurgitasi
semakin jarang dialami oleh anak (Nursalam dkk, 2005).
Gumoh merupakan gejala klinis yang paling sering
ditemukan pada bayi yang mengalami Refluks Gastroesofagus (RGE). Refluks
gastroesofagus didefenisikan sebagai kembalinya isi lambung ke dalam esophagus
secara involunter tanpa adanya usaha dari bayi, sedangkan istilah regurgitasi
digunakan apabila isi lambung tersebut dikeluarkan melalui mulut (Deddy Satrya
dan Badriul hegar, hhttp://www.Pediatric,com. diperoleh tanggal 4 Juni 2009
Sekitar 70% bayi berumur dibawah 4
bulan mengalami gumoh minimal 1 kali
setiap harinya, dan kejadian tersebut menurun sesuai
dengan bertambahnya usia hingga 8 – 10% pada umur 9-12 bulan dan 5% pada umur
18 bulan.Dalam Nakita (2006) dikatakan 70% bayi usia 4 bulan dalam sehari
paling tidak mengalami gumoh. Dan saat anak berusia setahun bisa dikatakan
hanya tinggal 10% yang masih mengalami gumoh.
Sedikitnya
25% orang tua menganggap bahwa regurgitasi merupakan suatu
keadaan yang mencemaskan dan umumnya dihubungkan
dengan frekuensi dan volume regurgitasi. Meskipun normal, gumoh yang berlebihan
dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang akan mengganggu pertumbuhan bayi.
Juga kala terjadinya tidak hanya sesuai makan dan minum saja, tetapi juga
selagi tidur meski aktivitas makan dan minum sudah dilakukan 3 jam yang lalu.
Gumoh yang seperti ini tentu saja harus mendapat perhatian kendati mungkin saja
saat itu berat badannya bagus dan sikecil masih mau makan dan minum. Dalam
kondisi demikian orang tua harus hati-hati agar gumoh tidak berlanjut menjadi
patologis yang diistilahkan refluks gastroesofagus, yakni adanya aliran balik
dari lambung ke kerongkongan yang menyebabkan kerusakan lapisan dinding kerongkongan.Kerusakan
dindin kerongkongan ini disebabkan oleh iritasi lambung yang juga ikut masuk
kedalam
kerongkongan. Asam lambung ini mengiritasi daerah
kerongkongan yang semula netral akhirnya terluka. Akibat selanjutnya, bayi akan
rewel karena apapun yang dimakan dan diminum akan menyebabkan rasa sakit
dikerongkongan. Jika tidak diatasi, ia akan menolak makan dan minumnya sehingga
asupan nutrisinya berkurang
yang kemudian berdampak pada berat badan yang tidak
kunjung naik sebagaimana
mestinya. Dengan kata lain, refluks bisa menyebabkan
bayi tidak tumbuh optimal. Jika keadaan ini berlanjut tanpa ada penanganan yang
baik dikawatirkan sel-sel di daerah kerongkongan akan berubah menjadi bentuk
yang tidak lazim. Sel-sel dengan bentuk tidak lazim ini dikawatirkan akan
menjadi factor timbulnnya keganasan di usia dewasa. Dengan demikian gumoh yang
sering dan tidak seperti biasanya harus segera diantisipasi
dan
ditangani karena efeknya memang tidak terlihat semua saat ini melainkan jangk
panjang. Menurut Kishore, dari poliklinik anak RSPAD Gatot Soebroto,
Jakarta.Fenomena gumoh terjadi pada semua bayi usia dibawah setahun. Begitu
setahun lewat kejadian ini berhenti. Namun terkadang, menurutnya ada juga usia
diatas 6 bulan pun gumoh sudah mulai berkurang. Kecuali bayi-bayi dibawah 6
bulan, terutama bayi yang baru lahir.
Adakalanya gumoh terjadi bila bayi merasa kesal karena tidak bisa
menelan hingga ia pun menanangis. Sering kali bila hal ini terjadi, pengasuh
atau orang tua malah memaksakan pemberiannya. Misal, dengan menaruh si bayi di
posisi mendatar, lalu memasukkan makanan bayi. Otomatis bayi akan membatukkan
hingga terjadi muntah. Peristiwa ini berbahaya sekali, karena saat itu makanan
bisa masuk kesaluran napas dan menyumbatnya hingga berakibat fatal. Masih menurut Kishore gumoh adalah gejala
alami yang sangat natural dan terjadi pada setiap bayi, sehingga tidak bisa
dicegah. Yang bisa dicegah adalah komplikasinya yaitu bila ada air susu yang
masuk ke lambung. Dilambung itu ada asam lambung, sehingga susu itu bercampur
dengan asam lambung. Kalau itu keluar dari mulut atau hidung, posisi bayi
segera dimiringkan atau ditengkurapkan agar tidak tertelan dan masuk
keparu-paru, itu yang berbahaya. Untuk meminimalkan gumoh, Dr. Kishore
menyarankan pada saat pertengahan pemberian minum, kalau perlu disendawakan
supaya udaranya keluar dari mulut bayi setelah minum
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa pengertian dari muntah dan gumoh
pada bayi?
2. Apasaja penyebab dari muntah dan gumoh pada bayi?
3. Bagaimana ciri-ciri antara muntah
dan gumoh pada bayi?
4. Bagaimana cara menangani muntah dan
gumoh pada bayi?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari muntah dan gumoh
pada bayi.
2. Untuk mengetahui penyebab dari muntah dan
gumoh pada bayi.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri muntah dan
gumoh pada bayi.
4. Untuk mengetahui cara menangani, muntah
dan gumoh pada bayi.
BAB
II
PEMBAHASAN
TEORI
1. DEFINISI
MUNTAH DAN GUMOH
Muntah
pada anak merupakan keadaan yang cukup merisaukan orang tua dan mendorong
mereka segera mungkin mencari pertolongan unutk mengatasinya , muntah dapat
mengakibatkan berbagai akibat yang serius seperti peradangan lambung. Dehidrasi
serta terganggunya ingetis (masuknya makanan ke dalam lambung).
Muntah didefinisikan sebagai pengeluaran isi
lambung (esofagus) melalui mulut secara paksa.
[Ismail
dan wahyu (1996) dalam buku asuhan keperawatan anak gangguan sistem
gastrointestinal dan hepatobilier (2011) : 65]
Muntah
adalah pengeluaran isi lambung secara eksplusif melalui mulut dengan bantuan
kontraksi otot- otot perut . perlu dibedakan dengan regurgitasi ruminasi
ataupun refluks esofasug. Regurgitasi adalah makanan yang di keluarkan kembali
ke mulut akibat gerakan antiperistaltik esofagus. Ruminasi yaitu oengeluaran
makanan secara sadar untuk di kunyah kemudian di telan kembali. Sedangkan
refluks esofagus merupakan kembalinya isi lambung ke dalan esofagus dengan cara
pasif yang dapat disebabkan oleh hipotoni sfingter esofagus bagian bawah,
posisi abnormal sambungan esofagus dengan kardia , atau pengosongan isi lambung
yang lambat.
(Buku
kapita selekta kedokteran edisi 3 jilid 2, 2000 : 473)
Gumoh
adalah keluarnya kembali sebagian isi lambung setelah beberapa saat makanan
masuk lambung
(Sudarti, M.Kes, dalam
buku kelainan dan penyakit pada bayi& anak, 2010:10)
Gumoh
adalah keluarnya kembalu (tumpah/gumoh) susu yang telah ditelan ketika atau
beberapa saat setelah minum susu botol / menyusui dan dalam jumlah hanya
sedikit.
(Sugeng dan Weni dalam
Buku Asuhan keperawatan neonatus dan
anak, 2011 :112)
2. PENYEBAB
DARI MUNTAH DAN GUMOH
Muntah disebabkan oleh obstruksi saluran
cerna dan kemungkinan diatur oleh saraf aferen viseral usus yang merangsang
pusat muntah. Bila terjadi obstruksi di tengah bagian bawah duodenum, bolus
kembali ke lambung dan muntahan dapat terwarnai empedu, lesi non-obstruksi
saluran cerna juga dapat menimbulkna muntah. Konsisi ini kebnyakan terjadi pada
penyakit usus besar bagian atas pankreas , hati, atau saluran empedu. Gangguan
ketidakteraturan juga dapat menyebabkan muntah hebat dan menetap.
(Sidikin,
M.Kes dalam buku Kepoerawatan anak gangguan pencernaan,, 2011 : 19)
Penyebab
Gumoh
1. Bayi
sudah kenyang
2. Posisi
salah saat menyusui atau pemberian susu botol
3. Terburu-buru
saat pemberian susu
4. Kegagalan
dalam mengeluarkan udara yang tertelan
(sudarti,
M.Kes. dalam buku kelainan dan penyakit pada bayi dan anak, 2011:12-13)
Penyebab
gumoh:
1. ASI
atau susu yang diberikan melebihi kapasitas lambung.
Lambung yang penuh juga bisa bikin bayi
gumoh. Ini terjadi karena makanan yang terdahulu belum sampai ke usus, sudah
diisi makanan lagi. Akibatnya si bayi muntah. Lambung bayi punya kapasitasnya
sendiri.
2.posisi
menyusui.
·
Sering
ibu menyusui sambil tiduran dengan posisi miring sementara si bayi tidur
telentang. Akibatnya, cairan tersebut tidak masuk ke saluran pencernaan, tapi
ke saluran napas. Bayi pun gumoh.
·
pemakaian
bentuk dot.Jika si bayi suka dot besar lalu diberi dot kecil, ia akan malas
mengisap karena lama. Akibatnya susu tetap keluar dari dot dan memenuhi mulut
si bayi dan lebih banyak udara yang masuk. Udara masuk ke lambung, membuat bayi
muntah.
3.Klep penutup lambung belum berfungsi sempurna.
Dari mulut, susu akan masuk ke saluran pencernaan atas,
baru kemudian ke lambung. di antara kedua organ tersebut terdapat klep penutup
lambung. Pada bayi, klep ini biasanya belum berfungsi sempurna.
4.fungsi
fungsi pencernaan bayi dengan
peristaltik (gelombang kontraksi pada dinding lambung dan usus) untuk makanan
dapat masuk dari saluran pencernaan ke usus, masih belum sempurna.
5. Terlalu
aktif
Misalnya pada saat bayi menggeliat atau pada saat bayi
terus menerus menangis. Ini akan
membuat tekanan di dalam perutnya tinggi, sehingga keluar dalam bentuk muntah
atau gumoh.
(http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/19/bayi-anda-gumoh-atau-muntah/)
3. CIRI-CIRI
ANTARA MUNTAH DAN GUMOH
CIRI - CIRI
|
GUMOH
|
MUNTAH
|
Volume cairan/makanan yang dimuntahkan
|
Sedikit kurang dari 10 cc. Berupa ASI yang sudah ditelan
bayi.
|
Banyak lebih dari 10 cc. Berupa ASI atau susu formula dan
makanan (padabayi diatas
6 bulan)
|
Cara keluar
|
Mengalir
biasa dari mulut bayi. Tidak disertai kontraksi otot perut.
|
·
Menyembur dari perut bayi. Disertai
kontraksi otot perut
·
Kadang juga keluar lewat lubang hidung
bayi.
|
Umur bayi
|
Kebanyakan terjadi pada bayi berumur beberapa minggu, 1-4 bulan
atau 6 bulan dan akan hilang dengan sendirinya
|
Tidak terjadi pada bayi baru lahir. Tapi bisa terjadi padabayi berumur 2 bulan dan dapat
berlangsung sepanjang usia
|
Arti
|
Proses
alami dan wajar untuk mengeluarkan udara yang tertelanbayi saat minum ASI
|
Bisa
menjadi pertanda adanya gangguankesehatan bayi atau gangguan fungsi pada organ
pencernaan bayi
|
Penyebab
|
|
·
Ada kelainan pada sistem pencernaan
bayi, misalnya kelainan katup pemisah lambung dan usus 12 jari. Cairan muntah
biasanya berwarna hijau
·
Ada infeksi atau luka, misal infeksi
tenggorokan yang memicu muntah. Kadang disertai bercak darah
|
Cara mengatasi
|
Disendawakan
setelahbayi menyusui
|
Ditangani
dokter sesuai penyebabnya
|
(http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Bayi/Gizi+dan+Kesehatan/bayi.muntah.atau.gumoh/001/001/231/1)
4. CARA
MENGHINDARI DAN MENANGANI BAYI MUNTAH DAN GOMUH
-
Cara menghindari serta menangguangi bayi
muntah dan gumoh
1. Jangan berikan ASI atau susu saat bayi
berbaring. Usahakan bayi dalam posisi tegak selama 30 menit setelah menyusui.
2. jangan duduka bayi di kursi khusus bayi
setelah menyusu sebab dapat meningkatkan tekanan pada perutnya.
3. Hindari merangsang aktivitas yang
berlebihan setelah bayi menyusu.
4. Jangan berlebihan memberikan susu atau
ASI pada bayi. Lebih baik berikan dalm jumlah yang sedikit tapi sering.
5. Segera sendawakan bayi setelah menyusu.
Bahkan bayi terkadang masih membutuhkan bersendawa di antara 2 waktu menysusu.
6. Pastikan lubang dot tidak terlalu kecil
atau lebar. Bila terlalu kecil maka akan banyak udara yang masuk. Bila terlalu
besar, susu akan mengalir lebih cepat sehingga dapat membuat bayi gumoh.
7. Jika bayi sangat lapar sebaiknya jangan
berikan susu atau ASI terlebih dahulu sebab bayi akan minum tergesa-gesa
sehingga akan banyak udara yang masuk.
8. Usahakan bayi dalam posisi miring dengan
kepala lebih tinggi dari kaki membentuk sekitar 45 derajat. Posisi ini bisa membuat
cairan turun ke bawah.
9. Jangan langsung mengangkat bayi saat
gumoh atau muntah karena bisa jadi gumoh turun dan masuk ke paru-paru.
Sebaiknya tengkurapkan atau miringkan bayi dan biarkan ia muntah sampai tuntas.
10. Bila bayi gumoh melalui hidung sebaiknya
biarkan saja. Kondisi akan berbahaya bila cairan dihirup kembali dan masuk ke
paru-paru. Keluarnya cairan dari hidung menandakan bahwa muntahan bayi terlalu
banyak sehingga samapi keluar lewat hidung.
11. Kondisi akan membahayakan bila bayi
tersedak sehingga muntahannya masuk ke paru-paru. Segera miringkan atau
tengkurapkan bayi bila terliht tanda-tanda ingin muntah.
(posting tanggal 23 April
2013 http://doktersehat.com/cara-mengatasi-bayi-gumoh-setelah-menyusu/#ixzz3LjqgNmFZ)
-
Penatalakssanaan pada saat bayi muntah
1.
Pengkajian
faktor dan sifat muntah
-. Keluar cairan
terus menerus kemungkinan obstruksi esofagus
- Proyektil
lemungkinan terjadi stenosis pylorus
- Segera setelah
lahir kemudian menetap kemungkinan terjadi peningkatan tekanan intra cranial
2.
Pengobatan tergantuk faktor penyebab
3.
Ciptakan suasana tenang
4.
Perlakukan baik dengan baik-baik dan
hati-hati
5.
Diet yang sesuai dan tidan merangsang
muntah jika simptomatis dapat diberi emetik
6.
Rujuk
(Sudarti
dalam nuku kelainan dan penyakit pada bayi dan anak, 2011:12)
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Muntah adalah pengeluaran isi lambung secara
eksplusif melalui mulut dengan bantuan kontraksi otot- otot perut . perlu
dibedakan dengan regurgitasi ruminasi ataupun refluks esofasug. Regurgitasi
adalah makanan yang di keluarkan kembali ke mulut akibat gerakan
antiperistaltik esofagus. Ruminasi yaitu oengeluaran makanan secara sadar untuk
di kunyah kemudian di telan kembali. Sedangkan refluks esofagus merupakan
kembalinya isi lambung ke dalan esofagus dengan cara pasif yang dapat
disebabkan oleh hipotoni sfingter esofagus bagian bawah, posisi abnormal
sambungan esofagus dengan kardia , atau pengosongan isi lambung yang lambat.
Yang disebabkan karena oleh obstruksi saluran cerna dan kemungkinan diatur oleh
saraf aferen viseral usus yang merangsang pusat muntah. Bila terjadi obstruksi
di tengah bagian bawah duodenum, bolus kembali ke lambung dan muntahan dapat terwarnai
empedu, lesi non-obstruksi saluran cerna juga dapat menimbulkna muntah. Konsisi
ini kebnyakan terjadi pada penyakit usus besar bagian atas pankreas , hati,
atau saluran empedu. Gangguan ketidakteraturan juga dapat menyebabkan muntah
hebat dan menetap.
Gumoh
adalah keluarnya kembalu (tumpah/gumoh) susu yang telah ditelan ketika atau
beberapa saat setelah minum susu botol / menyusui dan dalam jumlah hanya
sedikit. Yang disebabkan karena bayi kenyang, posisi salah saat menyusui atau
posisi botol, terburu- buru saat pemberian susu dan kegagalan dalam
mengeluarkan udara yang tertelan.
2. SARAN
dalam makalah ini menjelaskan tentang mubtah
dan gumoh pada neonatus. Jadi sebagai tenaga kesehatan hendaknya dapat
mengetahui apa itu muntah dan apa itu gumoh serta cara penanganannya agar tidak
sampai mengakibatkan kematian pada bayi.
DAFTAR PUSTAKA
___Sudarti, M.Kes, Buku Kelainan dan Penyakit pada Bayi dan
Anak, 2011,Nuha Medika,Yogyakarta.
___Sugeng&Weni, Buku Asuham keperawatan Neonatus dan Anak,
2011,Nuha Medika,Yogyakarta
___Sodikin,M,Kes, Buku Keperawatan Anak Gangguan Pencernaan,2011,
Buku Kedokteran EGC, Jakarta
___Sodikin, Buku Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Sistem
Gastrointestinal dan Hepatobilier, 2011,Salemba Medika, Jakarta
___Hegar B.Materi
Kepaniteraan Umum: Muntah. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM
___Catzel,P. 2010.
Kapita Selekta Edisi 3 Jilid 2.Media Aesculapius, Jakarta
___Smith,G.D. dan
watson, R.2005. Gstrointestinal Nursing. Blackweel Science Ltd,a Blackwell
Publishing Company.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar