ORANG SABAR DI SAYANG TUHAN

ORANG SABAR DI SAYANG TUHAN
ORANG SABAR DI SAYANG TUHAN

Kamis, 29 September 2016

makalah solusio placenta



makalah 
solusio placenta 
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus sebelum janin di lahirkan. Definisi ini berlaku pada kehamilandengan masa gestasi diatas 22 minggu atau berat janin diatas 500gram. Proses solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis yang menyebabkan hematoma retroplasenter.
Hematoma dapat semakin membesar kearah pinggir plasenta sehingga jika amniokhorion, perdarahan akan keluar melalui ostium uteri (perdarahan keluar), sebaliknya apabila amniokhorion tidak terlepas, perdarahan tertampung dalam uterus (perdarahan tersembunyi).
(Sarwono, 2002:halaman 166)
Solusio plasenta merupakan penyakit kehamilan yang relatif umum dan dapat secara serius membahayakan keadaan ibu. Seorang ibu yang pernah mengalami solusio plasenta, mempunyai resiko yang lebih tinggi mengalami kekambuhan pada kehamilan berikutnya. Solusio plasenta juga cenderung menjadikan morbiditas dan bahkan mortabilitas pada janin dan bayi baru lahir. Maka dari itu kami membuat makalah tentang solusio plasenta guna mempelajari lebih lanjut.








1.2 Rumusan Masalah
  1. Apa definisi solusio plasenta ?
  2. Apa klasifikasi solusio plasenta?
  3. Bagaimana etiologi dari solusio plasenta ?
  4. Apa saja patofisiologi dari solusio plasenta ?
  5. Apa saja gambaran klinis dari solusio plasenta ?
  6. Apa saja diagnosis untuk pasien dengan solusio plasenta ?
  7. Apa saja komplikasi dari solusio plasenta ?
  8. Apa prognosis dari solusio plasenta ?
  9. Bagaimana penatalaksanaan solusio plasenta?

1.3 Tujuan
  1. Untuk mengetahui definisi solusio plasenta.
  2. Untuk mengetahui klasifikasi dari solusio plasenta.
  3. Untuk mengetahui etiologi dan solusio plasenta.
  4. Untuk mengetahui patofisiologi dari solusio plasenta.
  5. Untuk mengetahui gambaran klinis dari solusio plasenta.
  6. Untuk mengetahui diagnosis untuk solusio plasenta.
  7. Untuk mengetahui komplikasi dari solusio plasenta.
  8. Untuk mengetahui prognosis dari solusio plasenta.
  9. Untuk mengetahui penatalaksanaan solusio plasenta.




BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus sebelum janin di lahirkan. Definisi ini berlaku pada kehamilandengan masa gestasi diatas 22 minggu atau berat janin diatas 500gr. Proses solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis yang menyebabkan hematoma retroplasenter.
Hematoma dapat semakin membesar kearah pinggir plasenta sehingga jika amniokhorion, perdarahan akan keluar melalui ostium uteri (perdarahan keluar), sebaliknya apabila amniokhorion tidak terlepas, perdarahan tertampung dalam uterus (perdarahan tersembunyi).
(Sarwono, 2002:halaman 166 )
2.2 Klasifikasi
Solusio plasenta diklasifikasikan sebagai berikut:
a.    Solusio plasenta ringan
- Perdarahan < 100 – 200 cc
- Uterus tidak tegang
- Tidak ada renjatan / syok
- Janin hidup ( bunyi jantung janin teratur )
- Uji beku darah baik, kadar plasma fibrinogen > 250 mg%
- Pelepasan plasenta < 1/6 bagian permukaan
b. Solusio plasenta sedang
- Perdarahan > 200 cc disertai dengan rasa sakit
- Uterus tegang
- Gawat janin/ gerakjanin berkurang/ janin telah mati
- Palpasi bagian janin sulit diraba
- Auskultasi jantung janin dapat terjadi asfiksiaringan dan sedang
- Ada tanda presyok/ pra- renjatan
- Uji beku darahmasih ada pembekuan, kadar fibrinogen darah 120 – 150 mg%
- Pelepasan plasenta 1/ 4 – 2/ 3 bagian permukaan.
- Pada pemeriksaan dalam, ketuban menonjol.
c. Solusio plasenta berat
- Perdarahan banyak sekali pervaginan yang disertai rasanyeri / perdarahan   hebat terselubung / tersembunyi.
- Uterus sangat tegang dan berkontraksi tetanik, sakit pada perabaan.
- Terdapat tandarenjatan/syok dengan TD menurun, nadi dan pernafasan meningkat.
- Biasanya janin telah meninggal dalam uterus.
- Uji beku darah tidak ada pembekuan, kadar fibrinogen < 100 mg %.
- Pelepasan plasenta 2/ 3 bagian permukaan atau telah terlepas seluruhnya.
                                                      ( Anik Maryunani, dkk. 2009. H: 88 -89 )

2.3  Etiologi
Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi predisposisi
:
a.       Faktor Paritas Ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Beberapa penelitian menerangkan bahwa  makin tinggi paritas ibu makin kurang baik keadaan endometrium
.
b.      Lebih sering terjadi pada wanita usia > 35 tahun
c.       Lebih seing terjadi bila terdapat hipertensi
d.      Faktor trauma
·  Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.
·  Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan
·  Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
e.       Penurunan cepat ukuran dan tekanan uterus setelah ketuban pecah pada polihidramnion.
f.       Malnutrisi
g.      Tali pusat pendek
h.      Faktor kebiasaan merokok
ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya
i.         Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta
.
                                                            (  Gery Morgan, dkk. 2009. Hal 321 )
2.4  Patofisiologi
- Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan ke dalam desidua basalis yang kemudian terbelah dan meningkatkan lapisan tipis yang melekat pada mometrium sehingga terbentuk hematoma desidual yang menyebabkan pelepasan, kompresi dan akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut.
- Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retro plasenta yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga pelepasan plasenta makin luas dan mencapai tepi plasenta, karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban.
                                                      ( Anik Maryunani, dkk. 2009. H: 85 - 86 )
-        Proses solosio plasenta yang di mulai dengan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis menyebabkan hematoma retroplasenta. Hematoma dapat semakin membesar ke arah pinggir plasenta sehingga jika amniokhorion sampai terlepas,perdarahan akan keluar melalui ostium uteri (perdahan keluar), sebaliknya apabila amniokhorion tidak terlepas,perdarahan tertampung dalam uterus (perdarahan sembunyi).

  Perbedaan perdarahan keluar dan perdarahan tersembunyi :
Perdarahan Keluar
Perdarahan Tersembunyi
1. Keadaan umum pasien relative lebih baik
2.Plasenta terlepas sebagian/incomplit.
3.Jarang berhubunggan dengan hipertensi
1.Keadaan pasien lebih jelek
2.Plasenta terlepas luas,uterus tegang atau keras
3.Sering berkaitan dengan hipertensi
                                                           
Terlepasnya plasenta sebelum waktunya,menyebabkan timbunan darah antara plasenta dan dinding uterus yang menimbulkan gangguan penyulit terhadap ibu dan janin.
                                                      ( Anik Maryunani, dkk. 2009. H: 86 )
2.5 Gambaran Klinis
Gejala
Ringan
Sedang
Berat
Perdarahan




Janin

Tonus uterus




Nyeri





Syok

Psikologis

Lain - lain
Gelap, tidak ada hingga sedang


Tidak ada kegawatan
Relaksasi uterus sangat sedikit di antara kontraksi
Tidak ada/ rasa tidak nyaman yang samar pada abdomen bagian bawah

Tidak ada

Tidak ada perubahan
Iritabilitas uterus
Sedikit sampai sedang,. Mungkin hingga 1000 ml di belakang plasenta

Kegawatan

Sedikit relaksasi di antara kontraksi



Nyeri tekanan





Bervariasi

Samar hingga cemas sedang
DJJ sulit didengarkan melalui pemantau eksternal
Sedang sampai berat



Kegawatan berat, kematian
Regeditas yang ekstrim



Sangat menderita, nyeri seperti terobek, seperti tertusuk pisau, nyeri yang menetap
Berat
Cemas yang ekstrim

DJJ mungkin tidak ada, ukuran uterus meningkat karena terisi darah.
                                                           
                                                                        ( Gery Morgan, dkk. 2009. Hal 322 )

2.6. Diagnosis
Diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan, melalui :
a.     Anamnesa :
Perdarahan biasanya pada trimester ketiga, riwayat perdarahan pervaginam berwarna kehitam hitaman yang sedikit sekali tanpa rasa nyeri sampai dengan disertai nyeri perut, perdarahan yang banyak ( riwayat perdarahan pervaginam/ tidak menggambarkan beratnya solusio plasenta!! Perlu hati – hati, mungkin juga tidak ada perdarahan ), uterus tegang, syok, dan kematian janin intra uterin.
b.      Pemeriksaan fisik :
TTV dapat normal sampai syok ( keadaan umum ibu tidak sesuai dengan jumlah perdarahan, ibu tampak anemis, kemudian tekanan darah menurun, nadi dan pernafasan meningkat ).
c.       Pemeriksaan palpasi abdomen :
-   Abdomen/uterus tegang terus menerus
-   Terasa nyeri tekan pada uterus saat di palpasi
-   Bagian janin sukar ditentukan.
d.      Pemeriksaan dengan auskultasi :
-   DJJ bradikardi atau menghilang
-   DJJ bervariasi dari asfiksia ringan sampai berat
e.       Pemeriksaan dalam :
-   Terdapat pembukaan
-   Ketuban tegang dan menonjol.
f.       Pemeriksaan penunjang :
-   USG
-   KTG ( Kardiotokografi ) untuk menilai kesejahteraan janin
-   Pemeriksaan laboratorium
                                                      ( Anik Maryunani, dkk. 2009. H: 90 - 91 )
2.7 Kompikasi
      a. Hemoragi dan mengakibatkan syok
b. Hemoragi dapat menyebabkan sisa plasenta yang masih menempel lepas
c. Tekanan darah yang terkumpul di uterus dapat menyebabkan:
-  Ruptur di dalam kantung amnion
- Ekstra vasasi antara serat otot miometrium ( uterus couvalaire ) menyebabkan uterus teriritasi dan tidak mampu merelaksasi tonus uterus
d. Koagulasi intravascular diseminata karena kerusakan miometrium dan pembekuan darah dalam jumlah besar
e.  Gangguan ginjal sekunder akibat syok atau gangguan pembekuan
f.  Kegawatan janin karena hemoragi
g. Gagal ginjal sekunder ajibat iskemia
h. Nekrosis hipofisis ( sindrom Sheehan ) sekunder akibat iskemia
i.  Hepatitis sekunder akibat tranfusi darah yang massif.
                                                            ( Gery Morgan, dkk. 2009. H : 321 -322 )


2.8 Prognosis
a.Prognosis ibu,tergantung pada:
- Luasnya plasenta yang terlepasdari dinding uterus
- Jumlah atau banyaknya perdarahan
- Derajat gangguan hemostasis/ kelainan pembekuan yang terjadi
- Ada tidaknya faktor pemberat lain(hipertensi menahun,preeklamsia infeksi dan sebagainya)
b.Pragnosis bayi,tergantung pada:
- Keadaan padasaat ditegakan diagnosis solusio plasenta:sebagian besar janin meninggal dalam waktu yang sangattepat.
- Jika janin masih hidup,tergantungwaktu antara terjadinya solusio dengan  pengeluaran atau persalinan.
- Ada tidaknya fasilitasatau kemampuan resusitasi dan perawatan intensif yang baik paska persalinan.
                                                      ( Anik Maryunani, dkk. 2009. H:93 )

2.9 Penatalaksanaan
a. Tatalaksan umum
- Perhatian!!! Kasus ini tidak boleh ditatalaksana pada fasilitas kesehatan dasar, harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
- Jika terjadi perdarahan hebat ( nyata/ tersembunyi ) dengan tanda awal syok pada ibu lakukan persalinan segera:
1. Jika pembukaan servik lengkap, lakukan persalinan dengan ekstraksi vakum
2. Jika pembukaan servik belum lengkap lakukan persalinan dengan SC
- Waspadalah terhadap kemungkinan perdarahan persalinan
- Jika perdarahan ringan atau sedang dan belum terdapat tanda – tanda syok, tindakan tergantung pada DJJ:
1. DJJ normal lakukan SC
2.DJJ tidak terdengar namun nadi dan tekanan darah ibu normal : pertimbangkan persalinan pervaginam
3. DJJ tidak terdengar dan nadi dan tekanan darah ibu bermasalah : pecahkan ketuban dengan ½ kokher:
a. Jika kontraksi jelek perbaiki dengan pemberian okstosin
b. Jika servik kenyal, tebal, dan tertutup,lakukan SC
4. DJJ abnormal ( < 100 / > 180/ menit ) : lakukan persalinan pervaginan segera, atau SC bila persalinan pervaginam bila tidak memungkinkan.
- Lakukan uji pembekuan darah sederhana :
1. Ambil 2ml darah vena ke dalam tabung reaksi kacayang berisi, kecil, dan kering ( kira – kira 10 mm x 75 mm )
2. Pegang tabung tersebut dalam genggaman untuk menjaganya tetap hangat
3. Setelah 4 menit, ketuk tabung secara perlahan untuk melihat apakah pembukaan sudah terbentuk, ketuk setiap menit sampai darah membeku dan tabungdapat dibalik.
4. Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan koagulopati
5. Jika dijumpai koagulopati,berikan darah lengkap (whole bllod) segar,atau bila tidak tersedia,pilih salah satu dibawah ini berdasarkan ketersediaannya:
a.fresh frozen plasma.
b.packed red cell
c.kriopresipitad
d.konsentrasi trombosit
                                                                
(Buku saku.2013. H : 99 – 100 )




DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : JNPKKR- POGI
Maryunani, Anik, dkk. 2009. Asuhan Kegawat Daruratan Dalam Kebidanan. Jakarta : Trans Info Media
Morgan, Hery,dkk.2009.Obstetri dan Genekologi.jakarta:EGC
Buku Saku.2013.Pelayanan Kesehataan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan.jakarta:JNFPA


















Pertanyaan
1.Apa yang menjadi penyebab perokok terkena SOLUSIO PLASENTA!
Jawab:
ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya.
2.Apa yang dimaksud dengan perdarahan tersembunyi!
Jawab:
 Dilihat dari Definisinya Proses solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis yang menyebabkan hematoma retroplasenter.
Hematoma dapat semakin membesar kearah pinggir plasenta sehingga jika amniokhorion, perdarahan akan keluar melalui ostium uteri (perdarahan keluar), sebaliknya apabila amniokhorion tidak terlepas, perdarahan tertampung dalam uterus (perdarahan tersembunyi).
(Sarwono, 2002:halaman 166 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar