makalah
solusio placenta
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Solusio plasenta
adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus
sebelum janin di lahirkan. Definisi ini berlaku pada kehamilandengan masa
gestasi diatas 22 minggu atau berat janin diatas 500gram. Proses solusio
plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis yang
menyebabkan hematoma retroplasenter.
Hematoma dapat semakin membesar
kearah pinggir plasenta sehingga jika amniokhorion, perdarahan akan keluar
melalui ostium uteri (perdarahan keluar), sebaliknya apabila amniokhorion tidak
terlepas, perdarahan tertampung dalam uterus (perdarahan tersembunyi).
(Sarwono,
2002:halaman 166)
Solusio plasenta merupakan penyakit
kehamilan yang relatif umum dan dapat secara serius membahayakan keadaan ibu.
Seorang ibu yang pernah mengalami solusio plasenta, mempunyai resiko yang lebih
tinggi mengalami kekambuhan pada kehamilan berikutnya. Solusio plasenta juga
cenderung menjadikan morbiditas dan bahkan mortabilitas pada janin dan bayi baru
lahir. Maka dari itu kami membuat makalah tentang solusio plasenta guna
mempelajari lebih lanjut.
1.2 Rumusan Masalah
- Apa definisi solusio plasenta ?
- Apa klasifikasi solusio plasenta?
- Bagaimana etiologi dari solusio plasenta ?
- Apa saja patofisiologi dari solusio plasenta ?
- Apa saja gambaran klinis dari solusio plasenta ?
- Apa saja diagnosis untuk pasien dengan solusio plasenta ?
- Apa saja komplikasi dari solusio plasenta ?
- Apa prognosis dari solusio plasenta ?
- Bagaimana penatalaksanaan solusio plasenta?
1.3 Tujuan
- Untuk mengetahui definisi solusio plasenta.
- Untuk mengetahui klasifikasi dari solusio plasenta.
- Untuk mengetahui etiologi dan solusio plasenta.
- Untuk mengetahui patofisiologi dari solusio plasenta.
- Untuk mengetahui gambaran klinis dari solusio plasenta.
- Untuk mengetahui diagnosis untuk solusio plasenta.
- Untuk mengetahui komplikasi dari solusio plasenta.
- Untuk mengetahui prognosis dari solusio plasenta.
- Untuk mengetahui penatalaksanaan solusio plasenta.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Solusio plasenta
adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus
sebelum janin di lahirkan. Definisi ini berlaku pada kehamilandengan masa
gestasi diatas 22 minggu atau berat janin diatas 500gr. Proses solusio plasenta
dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis yang menyebabkan
hematoma retroplasenter.
Hematoma dapat semakin membesar
kearah pinggir plasenta sehingga jika amniokhorion, perdarahan akan keluar
melalui ostium uteri (perdarahan keluar), sebaliknya apabila amniokhorion tidak
terlepas, perdarahan tertampung dalam uterus (perdarahan tersembunyi).
(Sarwono,
2002:halaman 166 )
2.2 Klasifikasi
Solusio plasenta diklasifikasikan
sebagai berikut:
a. Solusio plasenta ringan
- Perdarahan < 100 – 200 cc
- Uterus tidak tegang
- Tidak ada renjatan / syok
- Janin hidup ( bunyi jantung janin teratur )
- Uji beku darah baik, kadar plasma fibrinogen > 250 mg%
- Pelepasan plasenta < 1/6 bagian permukaan
b. Solusio plasenta sedang
- Perdarahan
> 200 cc disertai dengan rasa sakit
- Uterus tegang
- Gawat janin/
gerakjanin berkurang/ janin telah mati
- Palpasi bagian
janin sulit diraba
- Auskultasi
jantung janin dapat terjadi asfiksiaringan dan sedang
- Ada tanda
presyok/ pra- renjatan
- Uji beku darahmasih ada pembekuan, kadar fibrinogen darah 120 – 150 mg%
- Pelepasan
plasenta 1/ 4 – 2/ 3 bagian permukaan.
- Pada
pemeriksaan dalam, ketuban menonjol.
c. Solusio plasenta berat
- Perdarahan banyak sekali pervaginan yang disertai rasanyeri / perdarahan hebat terselubung / tersembunyi.
- Uterus sangat tegang dan berkontraksi tetanik, sakit
pada perabaan.
- Terdapat tandarenjatan/syok dengan TD menurun, nadi dan pernafasan
meningkat.
- Biasanya janin telah meninggal dalam uterus.
- Uji beku darah tidak ada pembekuan, kadar fibrinogen
< 100 mg %.
- Pelepasan plasenta 2/ 3 bagian permukaan atau telah
terlepas seluruhnya.
(
Anik Maryunani, dkk. 2009. H: 88 -89 )
2.3 Etiologi
Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi predisposisi :
Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi predisposisi :
a.
Faktor Paritas Ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Beberapa penelitian menerangkan bahwa makin tinggi paritas ibu makin kurang baik keadaan endometrium.
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Beberapa penelitian menerangkan bahwa makin tinggi paritas ibu makin kurang baik keadaan endometrium.
b.
Lebih sering terjadi pada wanita usia > 35
tahun
c.
Lebih seing terjadi bila terdapat hipertensi
d.
Faktor trauma
· Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.
· Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang
banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan
· Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
e. Penurunan cepat ukuran dan tekanan uterus setelah
ketuban pecah pada polihidramnion.
f. Malnutrisi
g. Tali pusat pendek
h.
Faktor kebiasaan merokok
ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya
ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya
i.
Riwayat solusio
plasenta sebelumnya
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta.
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta.
( Gery Morgan,
dkk. 2009. Hal 321 )
2.4 Patofisiologi
- Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan ke dalam desidua basalis yang kemudian terbelah dan meningkatkan lapisan tipis yang melekat pada mometrium sehingga terbentuk hematoma desidual yang menyebabkan pelepasan, kompresi dan akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut.
- Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retro plasenta yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga pelepasan plasenta makin luas dan mencapai tepi plasenta, karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban.
- Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan ke dalam desidua basalis yang kemudian terbelah dan meningkatkan lapisan tipis yang melekat pada mometrium sehingga terbentuk hematoma desidual yang menyebabkan pelepasan, kompresi dan akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut.
- Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retro plasenta yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga pelepasan plasenta makin luas dan mencapai tepi plasenta, karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban.
(
Anik Maryunani, dkk. 2009. H: 85 - 86 )
-
Proses solosio plasenta yang di mulai dengan terjadinya perdarahan dalam
desidua basalis menyebabkan hematoma retroplasenta. Hematoma dapat semakin
membesar ke arah pinggir plasenta sehingga jika amniokhorion sampai
terlepas,perdarahan akan keluar melalui ostium uteri (perdahan keluar),
sebaliknya apabila amniokhorion tidak terlepas,perdarahan tertampung dalam
uterus (perdarahan sembunyi).
Perbedaan perdarahan keluar dan
perdarahan tersembunyi :
Perdarahan Keluar
|
Perdarahan Tersembunyi
|
1. Keadaan umum pasien relative lebih baik
2.Plasenta terlepas sebagian/incomplit.
3.Jarang berhubunggan dengan hipertensi
|
1.Keadaan
pasien lebih jelek
2.Plasenta
terlepas luas,uterus tegang atau keras
3.Sering
berkaitan dengan hipertensi
|
Terlepasnya plasenta sebelum waktunya,menyebabkan
timbunan darah antara plasenta dan dinding uterus yang menimbulkan gangguan
penyulit terhadap ibu dan janin.
( Anik Maryunani, dkk. 2009. H: 86 )
2.5 Gambaran Klinis
Gejala
|
Ringan
|
Sedang
|
Berat
|
Perdarahan
Janin
Tonus uterus
Nyeri
Syok
Psikologis
Lain - lain
|
Gelap, tidak ada
hingga sedang
Tidak ada
kegawatan
Relaksasi uterus
sangat sedikit di antara kontraksi
Tidak ada/ rasa
tidak nyaman yang samar pada abdomen bagian bawah
Tidak ada
Tidak ada
perubahan
Iritabilitas
uterus
|
Sedikit sampai
sedang,. Mungkin hingga 1000 ml di belakang plasenta
Kegawatan
Sedikit
relaksasi di antara kontraksi
Nyeri tekanan
Bervariasi
Samar hingga
cemas sedang
DJJ sulit
didengarkan melalui pemantau eksternal
|
Sedang sampai
berat
Kegawatan berat,
kematian
Regeditas yang
ekstrim
Sangat
menderita, nyeri seperti terobek, seperti tertusuk pisau, nyeri yang menetap
Berat
Cemas yang
ekstrim
DJJ mungkin
tidak ada, ukuran uterus meningkat karena terisi darah.
|
(
Gery Morgan, dkk. 2009. Hal 322 )
2.6. Diagnosis
Diagnosis solusio
plasenta dapat ditegakkan, melalui :
a. Anamnesa :
Perdarahan biasanya pada trimester ketiga, riwayat
perdarahan pervaginam berwarna kehitam hitaman yang sedikit sekali tanpa rasa
nyeri sampai dengan disertai nyeri perut, perdarahan yang banyak ( riwayat
perdarahan pervaginam/ tidak menggambarkan beratnya solusio plasenta!! Perlu
hati – hati, mungkin juga tidak ada perdarahan ), uterus tegang, syok, dan
kematian janin intra uterin.
b. Pemeriksaan fisik :
TTV dapat normal sampai syok ( keadaan umum ibu tidak
sesuai dengan jumlah perdarahan, ibu tampak anemis, kemudian tekanan darah
menurun, nadi dan pernafasan meningkat ).
c. Pemeriksaan palpasi abdomen :
-
Abdomen/uterus tegang terus menerus
-
Terasa nyeri tekan pada uterus saat di palpasi
-
Bagian janin sukar ditentukan.
d. Pemeriksaan dengan auskultasi :
-
DJJ bradikardi atau menghilang
-
DJJ bervariasi dari asfiksia ringan sampai berat
e. Pemeriksaan dalam :
-
Terdapat pembukaan
-
Ketuban tegang dan menonjol.
f. Pemeriksaan penunjang :
-
USG
-
KTG ( Kardiotokografi ) untuk menilai kesejahteraan janin
-
Pemeriksaan laboratorium
( Anik Maryunani, dkk. 2009. H: 90 - 91 )
2.7 Kompikasi
a. Hemoragi
dan mengakibatkan syok
b. Hemoragi
dapat menyebabkan sisa plasenta yang masih menempel lepas
c. Tekanan darah
yang terkumpul di uterus dapat menyebabkan:
- Ruptur di dalam kantung amnion
- Ekstra vasasi antara serat otot miometrium ( uterus couvalaire ) menyebabkan
uterus teriritasi dan tidak mampu merelaksasi tonus uterus
d. Koagulasi intravascular diseminata karena kerusakan miometrium dan
pembekuan darah dalam jumlah besar
e. Gangguan ginjal sekunder akibat syok atau
gangguan pembekuan
f. Kegawatan janin karena hemoragi
g. Gagal ginjal
sekunder ajibat iskemia
h. Nekrosis
hipofisis ( sindrom Sheehan ) sekunder akibat iskemia
i. Hepatitis sekunder akibat tranfusi darah yang
massif.
(
Gery Morgan, dkk. 2009. H : 321 -322 )
2.8 Prognosis
a.Prognosis
ibu,tergantung pada:
- Luasnya plasenta yang terlepasdari dinding uterus
- Jumlah atau banyaknya perdarahan
- Derajat gangguan hemostasis/ kelainan pembekuan yang terjadi
- Ada tidaknya faktor pemberat lain(hipertensi menahun,preeklamsia infeksi
dan sebagainya)
b.Pragnosis bayi,tergantung pada:
- Keadaan padasaat ditegakan diagnosis solusio plasenta:sebagian besar
janin meninggal dalam waktu yang sangattepat.
- Jika janin masih hidup,tergantungwaktu antara terjadinya solusio dengan pengeluaran atau persalinan.
- Ada tidaknya fasilitasatau kemampuan resusitasi dan perawatan intensif
yang baik paska persalinan.
(
Anik Maryunani, dkk. 2009. H:93 )
2.9 Penatalaksanaan
a. Tatalaksan umum
- Perhatian!!! Kasus ini tidak boleh ditatalaksana pada fasilitas kesehatan
dasar, harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
- Jika terjadi perdarahan hebat ( nyata/ tersembunyi ) dengan tanda awal
syok pada ibu lakukan persalinan segera:
1. Jika pembukaan servik lengkap, lakukan persalinan dengan ekstraksi vakum
2. Jika pembukaan servik belum lengkap lakukan persalinan dengan SC
- Waspadalah
terhadap kemungkinan perdarahan persalinan
- Jika perdarahan ringan atau sedang dan belum terdapat tanda – tanda syok,
tindakan tergantung pada DJJ:
1. DJJ normal lakukan SC
2.DJJ tidak terdengar namun nadi dan tekanan darah ibu normal :
pertimbangkan persalinan pervaginam
3. DJJ tidak terdengar dan nadi dan tekanan darah ibu bermasalah : pecahkan
ketuban dengan ½ kokher:
a. Jika
kontraksi jelek perbaiki dengan pemberian okstosin
b. Jika servik
kenyal, tebal, dan tertutup,lakukan SC
4. DJJ abnormal ( < 100 / > 180/ menit ) : lakukan persalinan
pervaginan segera, atau SC bila persalinan pervaginam bila tidak memungkinkan.
- Lakukan uji
pembekuan darah sederhana :
1. Ambil 2ml darah vena ke dalam tabung reaksi kacayang berisi, kecil, dan
kering ( kira – kira 10 mm x 75 mm )
2. Pegang tabung tersebut dalam genggaman untuk menjaganya tetap hangat
3. Setelah 4 menit, ketuk tabung secara perlahan untuk melihat apakah
pembukaan sudah terbentuk, ketuk setiap menit sampai darah membeku dan
tabungdapat dibalik.
4. Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan
lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan koagulopati
5. Jika dijumpai koagulopati,berikan darah lengkap (whole bllod) segar,atau
bila tidak tersedia,pilih salah satu dibawah ini berdasarkan ketersediaannya:
a.fresh frozen plasma.
b.packed red cell
c.kriopresipitad
d.konsentrasi trombosit
(Buku saku.2013. H : 99 – 100 )
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : JNPKKR- POGI
Maryunani, Anik, dkk. 2009. Asuhan Kegawat Daruratan Dalam Kebidanan.
Jakarta : Trans Info Media
Morgan, Hery,dkk.2009.Obstetri dan Genekologi.jakarta:EGC
Buku Saku.2013.Pelayanan Kesehataan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan.jakarta:JNFPA
Pertanyaan
1.Apa yang menjadi penyebab
perokok terkena SOLUSIO PLASENTA!
Jawab:
ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa
abnormalitas pada mikrosirkulasinya.
2.Apa yang dimaksud dengan
perdarahan tersembunyi!
Jawab:
Dilihat dari
Definisinya Proses solusio plasenta dimulai dengan terjadinya
perdarahan dalam desidua basalis yang menyebabkan hematoma retroplasenter.
Hematoma dapat semakin membesar
kearah pinggir plasenta sehingga jika amniokhorion, perdarahan akan keluar
melalui ostium uteri (perdarahan keluar), sebaliknya apabila amniokhorion tidak
terlepas, perdarahan tertampung dalam uterus (perdarahan tersembunyi).
(Sarwono,
2002:halaman 166 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar