ORANG SABAR DI SAYANG TUHAN

ORANG SABAR DI SAYANG TUHAN
ORANG SABAR DI SAYANG TUHAN

Rabu, 05 Oktober 2016

makalah polihidramnion

BAB I
PENDAHULUAN
1.1       LATAR BELAKANG
Polihidramion atau sering disingkat menjadi hidramion.didefinisan sebagai suatu keadaan dimana jumlah air pada kandungan melebihi 2 liter.sedangkan secara klinik adalah penumpukan cairan ketuban yang berlebihan dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada ibu hamil.sedangkan jika dilihat secara USG jika Amniotic Fluid Index (AFI)>20 atau lebih dalam istilah kedokteran.

Etiologi hidramion belum jelas,secara teori hidramion bisa terjadi karena :
1.      Produksi air ketuban  bertambah .Diduga menghasilkan air ketuban ialah epitel amnion.tetapi air ketuban dapat juga bertambah karena cairan lain masuk dalam ruangan amnion,misalnya air kecing anak dan anensefal.
2.      Pengaliran air ketuban terganggu .air ketuban yang telah dibuat dialirkan dan diganti dengan yang baru.salah satu jalan pengaliran ialah ditelan oleh janin.Diabsorpsi oleh usus dan dialairkan ke plasenta,akhirnyabmasuk ke dalam peredaran darah ibu.Jalan ini kurang terbuka kalau anak tidak menelan,seperti pada atresia  esofagus ,anensefal atau tumor – tumor plasenta.

1.2   RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan Poligohidramnion?
2.   Apa penyebab dari Poligohidramnion ?
3.   Macam – macam Poligohidramnion ?
4.   Frekuensi Poligohidramnion ?
5.   Bagaimana Predisposisi dari oligohidramnion ?
6.   Mengetahui wanita dengan insiden  Poligohidramnion ?
7.   Mengetahui Diagnosa banding Poligohidramnion ?
10.  Bagaimana Prognosis dan komplikasi dari oligohidramnion ? 
11.  Bagaimana pelaksanaan Polihidramion ?





1.3  TUJUAN
1.      Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Poligohidramnion.
2.  Mengetahui  Apa penyebab dari Poligohidramnion .
3.  Mengetahui  Macam – macam Poligohidramnion ?
4.   Mengetahui Frekuensi Poligohidramnion ?
5.   Mengetahui Bagaimana Predisposisi dari oligohidramnion ?
6.   Mengetahui wanita dengan insiden  Poligohidramnion ?
7.   Mengetahui Diagnosa banding Poligohidramnion ?
12.  Mengetahui Bagaimana Prognosis dan komplikasi dari oligohidramnion ? 
13.  Mengetahui Bagaimana pelaksanaan Polihidramion ?

















BAB II
PEMBAHASAN
2.1         Definisi Polihidramnion
Jumlah cairan amnion disekeliling janin yang (abnormal) sangat banyak.
(Errol Norwitz, John Schorge, 2007;101)
Hidramnion (Polihidramnion) adalah cairan amnion yang berlebihan, didiagnosis sebagai kondisi ringan jika kantong cairan berisi 8-11 cm dalam dimensi vertikal pada ultrasonografi, kondisi sedang jika kantong hanya berisi bagian-bagian kecil dengan panjang 12-15 cm, dan berat jika kantong cairan >15 cm.
(Constance Sinclair, 2010;103)
Polihidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban lebih banyak dari normal, biasanya kalau lebih dari 2 liter.
Beberapa ahli ada yang berpendapat sampai 4 atau 5 liter, sedangkan Kustner mendapatkan sampai 15 liter pada kehamilan baru 5 bulan.
(Rustam Mochtar, 1998;252)
Batasan hidramnion (polihidramnion) adalah jika air ketuban melebihi 2000 cc atau dalam pemeriksaan AFI di atas 25 cm atau satu poket air ketuban di atas 8 cm.
Batasan lain menyebutkan bahwa jika air ketuban melebihi presntil ke-95 (atau hampir dua kali lipat jumlah normal).
(I.B.G Manuaba, 2007;502)
Cairan amnion yang terlalu banyak disebut polihidramnion (> 2 liter) yang mungkin berkaitan dengan diabetes atau trisomi 18.
(Sarwono Prawirohardjo, 2014;155)


2.2         Etiologi
Mekanisme terjadinya polihidramnion hanya sedikit yang kita ketahui. Pada penyelidikan yang dilakukan oleh para sarjana, tidak didapati kelainan pada epitel amnion yang dapat menyebabkan hipersekresi dari air ketuban. Secara logis dapat diterima mekanisme sebagai berikut :
·      Produksi tetap biasa – konsumsi kurang atau nihil sehingga terjadi polihidramnion.
·      Produksi hebat atau meningkat (urin janin meningkat, dan lain-lain) – konsumsi biasa – polihidramnion.
(Rustam Mochtar, 1998;252)
2.3          Macam – macam Polihidramion
1.      Polihidramnion Kronis
Banyak dijumpai. Pertumbuhan air ketuban terjadi secara perlahan-lahan dalam beberapa minggu atau bulan, dan biasanya terjadi pada kehamilan yang lanjut.
2.      Polihidramnion Akut
Terjadi pertambahan air ketuban yang sangat tiba-tiba dan cepat dalam waktu beberapa hari saja. Bisanya terdapat pada kehamilan yang agak muda, bulan ke 5 dan ke 6. Komposisi dari air ketuban pda hidramnion, menurut penyelidikan, serupa saja dengan air ketuban yang normal.
(Rustam Mochtar, 1998;252)
2.4         Frekuensi
Yang sering kita jumpai adalah polihidramnion ringan, dengan jumlah cairan 2-3 liter. Yang berat dan akut jarang. Frekuensi polihidramnion kronis adalah 0,5-1%.
Insiden dari konginetal anomali lebih sering kita dapati pada polihidramnion yaitu sebesar 17,7-29%.
Hidramnion sering kita dapati bersamaan dengan:
a.       Gemeli atau hamil ganda (12,5%)
b.      Hidrops foetalis
c.       Diabetes melitus
d.      Toksemia gravidarum
(Rustam Mochtar, 1998;252)
2.5         Predisposisi
Walaupun etiologi tidak jelas, namun ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya olihidramnion, antara lain:
·      Penyakit jantung
·      Nefritis
·      Edema umum
·      Anomali kongenital (pada anak), seperti anensefali, spina bifida, atresia atau striktur esofagus, hidrosefalus, dan struma blocking oesophagus.
Dalam hal ini terjadi karena:
-        Tidak ada stimulasi dari otak dan spina
-        Excressive urinary secretion
-        Tidak berfungsinya pusat menelan dan haus
-        Transudasi langsung dari cairan meningetal ke dalam amnion
·      Simpul tali pusat
·      Diabetes melitus
·      Gemeli unovulair
·      Malnutrisi
·      Penyakit kelenjar hipofisis
·      Pada polihidramnion biasanya plasenta lebih besar dan lebih berat dari biasa karena itu transudasi menjadi lebih banyak dan timbul polihidramnion.
(Rustam Mochtar, 1998;253)
2.6         Diagnosis
Polihdramnion harus dicurigai jika tinggi fundus jauh diatas yang diharapkan untuk usia gestasi. Polihidramnion dideskripsikan secara sonografi sebagai volume total cairan amnion >2 L, sebuah kantung vertikal tunggal ≥10 cm, atau ICA >20 cm pada saat aterm atau >persentil ke-95 untuk usia gestasi pada saat observasi.
(Errol Norwitz, John Schorge, 2007;101)
1.    Anamnesis
-     Perut lebih besar dan terasa lebih berat dari biasa.
-     Pada yang ringan keluhan-keluhan subyektif tidak banyak.
-     Pada yang akut dan pada pembesaran uterus yang cepat, maka terdapat keluhan-keluhan yang disebabkan karena tekanan pada organ, terutama pada diafragma, seperti: sesak (dispnoe), nyeri ulu hati, dan sianosis.
-     Nyeri perut karena tegangnya uterus, mual, dan muntah.
-     Edema pada tungkai, vulva, dinding perut.
-     Pada proses akut dan perut besar sekali, bisa syok, berkeringat dingin, dan sesak.
2.    Inspeksi
-     Kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit perut berkilat, retak-retak kulit jelas dan kadang-kadang umbilikus mendatar.
-     Kalau akut, si ibu terlihat sesak (dispnoe) dan sianosis, serta terlihat payah membawa kandungannya.
3.    Palpasi
-     Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi edema pada dinding perut, vulva dan tungkai.
-     Fundus uteri lebih tinggi dari tuanya kehamilan sesungguhnya.
-     Bagian-bagian janin sukar dikenali karena banyaknya cairan.
-     Kalau pada letak kepala, kepala janin bisa diraba, maka ballotement jelas sekali.
-     Karena bebasnya janin bergerak dan kepala tidak terfiksir, maka dap terjadi kesalahan-kesalahan letak janin.
4.    Auskultasi
Denyut jantung janin sukar didengar atau kalau terdengar halus sekali.
5.    Rontgen Foto Abdomen
-     Nampak bayangan berselubung kabur karena banyaknya cairan, kadang-kadang bayangan janin tidak jelas.
-     Foto rontgen pada hidramnion berguna untuk diagnostik dan untuk menentukan etiologi, seperti anomali kongenital (anensefali atau gemeli).
6.    Pemeriksaan Dalam
7.    Selaput ketuban teraba tegang dan menonjol walaupun diluar his.
(Rustam Mochtar, 1998;253-254)
2.7         Diagnosa Banding
Bila seorang ibu datang dengan perut yang lebih besar dari kehamilan yang seharusnya, kemungkinan:
-     Polihidramnion
-     Gemeli
-     Asites
-     Kista ovari
-     Kehamilan beserta tumor.
(Rustam Mochtar, 1998;254)

2.8         Prognosis
Pada janin, prognosanya agak buruk (mortalitas ±50%), terutama karena:
-     Kongenital anomali
-     Prematuritas
-     Komplikasi karena kesalahan letak anak, yaitu pada letak lintang atau tali pusat menumbung
-     Eritroblastosis
-     Diabetes melitus
-     Solusio plasenta, kalaau ketuban pecah tiba-tiba.
Pada ibu:
-     Solusio plasenta
-     Atonia uteri
-     Perdarahan postpartum
-     Retensio plasenta
-     Syok
-     Kesalahan-kesalahan letak janin menyebabkan partus jadi lama dan sukar.
(Rustam Mochtar, 1998;254)
2.9         Komplikasi
Overdistensi uterus dapat menyebabkan dispnea ibu atau edema refraktoris pada ekstremitas bawah dan vulva. Selama persalinan, polihidramnion dapat menyebabkan malpresentasi janin, proses persalinan disfungsional, dan/atau perdarahan persalinan.
(Errol Norwitz, John Schorge, 2007;101)
2.10     Tata Laksana
Pilihan terapi antepartum terbatas. Obat anti inflamasi nonsteroid (indometasin) dapat menurunkan produksi urin janin, tetapi dapat menyebabkan penutupan dini duktus arteriosus pada janin. Pengeluaran cairan melalui amniosentesis hanya efek sementara. Selama proses persalinan, amniotomi terkontrol dapat mengurangi insidensi komplikasi yang disebabkan oleh dekompresi cepat (abruptio plasenta, prolaps tali pusat).
(Errol Norwitz, John Schorge, 2007;101)
Terapi polihidramnion dibagi dama 3 fase:
1)       Waktu Hamil (di BKIA)
-     Polihidramnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan berikan terapi simtomatis.
-     Pada polihidramnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat di rumah sakit untuk istirahat sempurna. Berikan diet rendah garam. Obat-obatan yang dipakai adalah sedativa dan obat deurisis. Bila sesak hebat sekali disertai sianosis dan perut tegang, lakukan pungsi abdominal pada kanan bawah umbilikus.
Dalam satu hari dikeluarkan 500 cc perjam sampai keluhan berkurang. Kalau cairan dikeluarkan secara dikhawatirkan terjadi his dan solusio plasenta, apalagi bila anak belum viabel.
Komplikasi pungsi dapat berupa:
a)      Timbul his
b)      Trauma pada janin
c)      Terkenanya organ-organ rongga perut oleh tusukan, dan
d)     Infeksi serta syok.
Bila sewaktu melakukan aspirasi keluar darah, umpamanya jarum mengenai plasenta, maka pungsi harus dihentikan.
2)       Waktu Partus
-     Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita menunggu.
-     Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis, maka lakukan pungsi transvaginal melalui serviks bila sudah ada pembukaan.
Dengan memakai jarum pungsi tusuklah ketuban pada beberapa tempat lalu air ketuban akan keluar pelan-pelan. Boleh juga memakai troikar.
-     Bila sewaktu pemeriksaan dalam ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk menghalangi air ketuban mengalir keluar dengan deras, masukkanlah tinju ke dalam vagina sebagai tampon beberapa lama supaya air ketuban keluar pelan-pelan. Maksud semua ini adalah supaya tidak terjadi solusio plasenta, syok karena tiba-tiba perut menjadi kosong, atau perdarahan postpartum karena atonia uteri.
3)       Postpartum
-     Harus berhati-hati akan terjadinya perdarahan postpartum, jadi sebaiknya lakukan pemeriksaan golongan dan transfusi darah (donor) serta sediakan obat uterotonika.
-     Untuk berjaga-jaga pasanglah infus untuk pertolongan perdarahan postpartum.
-     Kalau perdarahan banyak dan keadaan ibu setelah partus lemah, maka untuk menghindari infeksi berikan antibiotika yang cukup.
(Rustam Mochtar, 1998;255)




BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Norwitz, errol / John Schorge. 2007. At a Glance Obstetri & Ginekologi Edisi Kedua. Jakarta. Erlangga
Sinclair, Constance CNM, MSN dkk. 2010. Buku Saku Kebidanan. Jakarta. EGC
Mochtar, Rustam. 1998. SINOPSIS OBSTETRI Obstetri Fisiologi & Obstetri Patologi Edisi 2. Jakarta. EGC
Prof. dr. Manuaba, I.B.G, Sp.OG(K) dkk. Pengantar KULIAH OBSTETRI. Jakarta. EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. ILMU KEBIDANAN Edisi Keempat. Jakarta. Bina Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar